Pekan Depan, Penjurusan Kelas SMA Dibahas Mendalam
JAKARTA, KOMPAS.com - Perubahan kurikulum baru yang akan diberlakukan pada Juni 2013 ini masih menyisakan pembahasan mengenai penjurusan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Rencananya pembahasan mendalam terkait penjurusan ini akan dilaksanakan pada pekan depan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan bahwa ada beberapa opsi terkait penjurusan pada tingkat SMA ini. Pilihannya memang ada pada penghapusan penjurusan atau tetap ada penjurusan dengan metode yang sedikit berbeda dengan sebelumnya.
"Ini rencananya akan dibicarakan lebih lanjut pada pekan depan. Yang memang sudah dibahas mendalam itu yang struktur untuk pendidikan dasar," kata Nuh saat jumpa pers di Kantor Kemdikbud, Jakarta, Selasa (13/11/2012).
Sementara berdasarkan paparan yang disampaikan pada Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) Boediono, ada tiga alternatif yang ditawarkan disertai dengan pertimbangan kelebihan dan kekurangannya. Namun alternatif ini belum dapat diputuskan karena harus melihat uji publik terlebih dahulu.
Adapun alternatif pertama adalah penjurusan dilakukan mulai kelas X. Penjurusan di awal ini membuat anak-anak fokus belajar sejak awal. Sementara sistem peminatannya hanya didasarkan pada hasil belajar sebelumnya yaitu rapor atau hasil UN SMP.
Alternatif kedua adalah difokuskan pada minat pada pendidikan lanjutan. Hal ini tentu membuat anak tidak terbebani dengan mata pelajaran yang tidak disukainya. Namun untuk alternatif ini, proses bimbingan harus lebih efektif agar anak-anak ini paham apa yang dipilihnya bukan sekedar coba-coba. Selain itu, sistem untuk Ujian Nasional (UN) juga harus diubah.
Alternatif terakhir adalah non penjurusan pada siswa SMA ini. Para murid diberi ruang seluas-luasnya untuk memilih sendiri mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya. Namun hal ini juga membutuhkan bimbingan yang efektif agar anak-anak tidak salah pilih karena berkaitan dengan masa depannya.
"Semua ini masih akan dibahas lebih lanjut lagi. Tapi tentunya yang terbaik yang akan dijalankan," tandasnya.
Sumber
Kompas Edukasi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan bahwa ada beberapa opsi terkait penjurusan pada tingkat SMA ini. Pilihannya memang ada pada penghapusan penjurusan atau tetap ada penjurusan dengan metode yang sedikit berbeda dengan sebelumnya.
"Ini rencananya akan dibicarakan lebih lanjut pada pekan depan. Yang memang sudah dibahas mendalam itu yang struktur untuk pendidikan dasar," kata Nuh saat jumpa pers di Kantor Kemdikbud, Jakarta, Selasa (13/11/2012).
Sementara berdasarkan paparan yang disampaikan pada Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) Boediono, ada tiga alternatif yang ditawarkan disertai dengan pertimbangan kelebihan dan kekurangannya. Namun alternatif ini belum dapat diputuskan karena harus melihat uji publik terlebih dahulu.
Adapun alternatif pertama adalah penjurusan dilakukan mulai kelas X. Penjurusan di awal ini membuat anak-anak fokus belajar sejak awal. Sementara sistem peminatannya hanya didasarkan pada hasil belajar sebelumnya yaitu rapor atau hasil UN SMP.
Alternatif kedua adalah difokuskan pada minat pada pendidikan lanjutan. Hal ini tentu membuat anak tidak terbebani dengan mata pelajaran yang tidak disukainya. Namun untuk alternatif ini, proses bimbingan harus lebih efektif agar anak-anak ini paham apa yang dipilihnya bukan sekedar coba-coba. Selain itu, sistem untuk Ujian Nasional (UN) juga harus diubah.
Alternatif terakhir adalah non penjurusan pada siswa SMA ini. Para murid diberi ruang seluas-luasnya untuk memilih sendiri mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya. Namun hal ini juga membutuhkan bimbingan yang efektif agar anak-anak tidak salah pilih karena berkaitan dengan masa depannya.
"Semua ini masih akan dibahas lebih lanjut lagi. Tapi tentunya yang terbaik yang akan dijalankan," tandasnya.
Sumber
Kompas Edukasi