Lebih Baik "Tawuran" Kualitas Otak
DEPOK, KOMPAS.com - Tawuran adalah tren perilaku yang buruk di tengah keseharian generasi muda saat ini. Daripada tawuran, anak muda Indonesia diharapkan lebih harus serius menyiapkan diri untuk menjadi pemimpin masa depan di Indonesia.
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup, Emil Salim, meminta para ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) untuk membawa solusi bagi tren buruk ini di sekolahnya masing-masing.
“Kalau tawuran beradulah dengan otak, brain power dengan brain power. Menggunakan batu dan kayu itu adalah hal yang kuno,” ungkapnya pada acara Indonesia Student Leadership Camp Universitas Indonesia (ISLC UI) 2012 seperti dilansir dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (6//11/2012).
Kepada 100 Ketua OSIS terpilih itu, mantan menteri di sejumlah Kabinet Pembangunan ini meminta mereka untuk kreatif dalam menemukan masalah, seperti latar belakang penyebab tawuran.
Dengan kreatif melihat masalah, dapat muncul generasi muda yang berani menghadapi masalah dan memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Ini diucapkannya untuk mengasah soft skills dan kepemimpinan para pemuda.
Emil mengaku yakin bahwa suatu saat, Indonesia akan menjadi salah satu negara maju di dunia. Oleh karena itu, generasi muda perlu bersiap dengan memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman akan ilmu pengetahuan.
“Kalau kau tidak punya ilmu, akan habis kau di tahun 2034 nanti” tambahnya kemudian.
Pada usia muda, Emil berharap para pemuda sudah menentukan akan menjadi apa pada usia 20 tahun dan pada usia 40 tahun. Dia mencontohkan Presiden Soekarno.
Pada usia 20 tahunan, lanjut Emil, Soekarno memilih untuk kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sementara itu, pada usia 44 tahun, Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama.
“Gelar Insiyur tidak gampang dicapai pada saat itu, tetapi ia berhasil mencapainya” tandasnya.
Sumber
Kompas Edukasi
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup, Emil Salim, meminta para ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) untuk membawa solusi bagi tren buruk ini di sekolahnya masing-masing.
“Kalau tawuran beradulah dengan otak, brain power dengan brain power. Menggunakan batu dan kayu itu adalah hal yang kuno,” ungkapnya pada acara Indonesia Student Leadership Camp Universitas Indonesia (ISLC UI) 2012 seperti dilansir dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (6//11/2012).
Kepada 100 Ketua OSIS terpilih itu, mantan menteri di sejumlah Kabinet Pembangunan ini meminta mereka untuk kreatif dalam menemukan masalah, seperti latar belakang penyebab tawuran.
Dengan kreatif melihat masalah, dapat muncul generasi muda yang berani menghadapi masalah dan memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Ini diucapkannya untuk mengasah soft skills dan kepemimpinan para pemuda.
Emil mengaku yakin bahwa suatu saat, Indonesia akan menjadi salah satu negara maju di dunia. Oleh karena itu, generasi muda perlu bersiap dengan memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman akan ilmu pengetahuan.
“Kalau kau tidak punya ilmu, akan habis kau di tahun 2034 nanti” tambahnya kemudian.
Pada usia muda, Emil berharap para pemuda sudah menentukan akan menjadi apa pada usia 20 tahun dan pada usia 40 tahun. Dia mencontohkan Presiden Soekarno.
Pada usia 20 tahunan, lanjut Emil, Soekarno memilih untuk kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sementara itu, pada usia 44 tahun, Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama.
“Gelar Insiyur tidak gampang dicapai pada saat itu, tetapi ia berhasil mencapainya” tandasnya.
Sumber
Kompas Edukasi