Minat pelajar indonesia ke Rusia rendah
Jakarta (ANTARA News) - Minat pelajar Indonesia untuk melanjutkan studi ke Rusia sampai saat ini rendah disebabkan masih adanya persepsi yang salah terhadap bekas negara komunis itu terkait dengan peristiwa puluhan tahun lalu, kata Duta Besar Indonesia untuk Rusia Djauhari Oratmangun.
"Saat ini siswa Indonesia yang lulus dari Rusia hanya sekitar 132 orang jauh lebih kecil dibanding siswa Malaysia dan Vietnam yang studi di Rusia sebesar enam ribu hingga 10 ribu orang," kata Dubes Djauhari Oratmangun saat berkunjung ke ANTARA di Jakarta, Senin.
Dikatakan dubes, peristiwa peralihan orde lama menuju orde baru yang menyebabkan banyak pelajar Indonesia tidak berani pulang ke tanah air dan kalaupun saat kembali ditangkap merupakan faktor utama mengapa hingga kini tidak banyak siswa Indonesia sekolah ke Rusia.
Padahal, katanya, Rusia memiliki sejumlah universitas terkemuka yang melahirkan sarjana berkualitas dan tersebar di sejumlah negara.
Salah satu alasan yang dikemukakan pelajar Indonesia enggan belajar di Rusia, katanya, mereka kesulitan mempelajari bahasa Rusia selama setahun sebelum bisa melanjutkan studi di universitas.
"Alasan itu sesungguhnya tidaklah tepat. Buktinya pelajar dari Malaysia dan Vietnam juga belajar bahasa Rusia terlebih dahulu dan mereka bisa melakukannya, kenapa siswa Indonesia tidak," kata dubes.
Dirinya, kata dubes, sudah berbicara dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh untuk mendorong dan mempromosikan Rusia sebagai salah satu negara tujuan untuk melanjutkan studi di luar negeri.
"Saya melihat persepsi soal Rusia yang dimiliki masyarakat Indonesia masih salah. Rusia sekarang jauh berbeda dengan dulu sehingga layak menjadi salah satu tujuan belajar bagi mahasiswa," kata Oratmangun.
Untuk kerjasama bidang sosial dan budaya, kata dubes, selama ini telah berjalan dengan baik bahkan sejumlah masyarakat Rusia menggunakan nama Indonesia untuk grup musiknya.
Di Rusia, katanya, ada grup musik "Indonesia Raya" dan "Sumatera", padahal seluruh personilnya warga setempat.
"Saat ini siswa Indonesia yang lulus dari Rusia hanya sekitar 132 orang jauh lebih kecil dibanding siswa Malaysia dan Vietnam yang studi di Rusia sebesar enam ribu hingga 10 ribu orang," kata Dubes Djauhari Oratmangun saat berkunjung ke ANTARA di Jakarta, Senin.
Dikatakan dubes, peristiwa peralihan orde lama menuju orde baru yang menyebabkan banyak pelajar Indonesia tidak berani pulang ke tanah air dan kalaupun saat kembali ditangkap merupakan faktor utama mengapa hingga kini tidak banyak siswa Indonesia sekolah ke Rusia.
Padahal, katanya, Rusia memiliki sejumlah universitas terkemuka yang melahirkan sarjana berkualitas dan tersebar di sejumlah negara.
Salah satu alasan yang dikemukakan pelajar Indonesia enggan belajar di Rusia, katanya, mereka kesulitan mempelajari bahasa Rusia selama setahun sebelum bisa melanjutkan studi di universitas.
"Alasan itu sesungguhnya tidaklah tepat. Buktinya pelajar dari Malaysia dan Vietnam juga belajar bahasa Rusia terlebih dahulu dan mereka bisa melakukannya, kenapa siswa Indonesia tidak," kata dubes.
Dirinya, kata dubes, sudah berbicara dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh untuk mendorong dan mempromosikan Rusia sebagai salah satu negara tujuan untuk melanjutkan studi di luar negeri.
"Saya melihat persepsi soal Rusia yang dimiliki masyarakat Indonesia masih salah. Rusia sekarang jauh berbeda dengan dulu sehingga layak menjadi salah satu tujuan belajar bagi mahasiswa," kata Oratmangun.
Untuk kerjasama bidang sosial dan budaya, kata dubes, selama ini telah berjalan dengan baik bahkan sejumlah masyarakat Rusia menggunakan nama Indonesia untuk grup musiknya.
Di Rusia, katanya, ada grup musik "Indonesia Raya" dan "Sumatera", padahal seluruh personilnya warga setempat.
Sumber