Mencari Ilmu di Museum
KOMPAS/DAHLIA IRAWATIKOMPAS.com - Puluhan siswi berkerudung, pekan lalu, menjejali Museum Probolinggo, Jawa Timur. Dengan bergerombol, mereka mengamati satu persatu koleksi museum itu, lalu mencatatnya dalam selembar kertas.
”Kesenian susah, kalau transportasi bagaimana?” tanya seorang siswi, sambil melongok kertas milik temannya. Sebanyak 46 siswa itu berasal dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) Roudhotut Tholibin, Kademangan, Kota Probolinggo. Mereka berkunjung ke Museum Probo linggo dalam rangka studi lapangan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya pelajaran perubahan sosial dan ekonomi masyarakat.
”Mata pelajaran perubahan sosial bisa dipelajari dari sini. Perkembangan transportasi, sosial masyarakat, dan seni budaya bisa dibandingkan antara sekarang dan masa lalu. Di museum ini anak-anak bisa mengetahui kondisi masa lalu,” tutur Naning Wahyu Dyanti, guru IPS di MTs Roudhotut Tholibin.
Di zaman modern kini, Naning menuturkan, tidak mudah mendapatkan koleksi masa lalu yang bisa dijadikan pembanding dan bahan pengayaan pengetahuan generasi muda masa kini. ”Apalagi kami adalah komunitas pondok pesantren yang tak setiap hari bisa keluar. Museum adalah lokasi yang tepat untuk menambah pengetahuan kami,” ujarnya lagi.
Siswa MTs Roudhotut Tholibin sebagian besar berasal dari luar Probolinggo, seperti Kota Jember, Lumajang, atau Surabaya. Kunjungan ke Museum Probolinggo membuat mereka terpesona.
Intan, siswa kelas III, mengaku senang bisa belajar di luar ruangan, keluar dari rutinitas. ”Ini pertama kali kami belajar keluar. Senang sekali karena belajar jadi tak membosankan,” ujarnya. Hal senada juga dikatakan Hafidhoh, siswi lainnya. ”Di sini kami bisa tahu ternyata batik Probolinggo sangat indah. Jika hanya di kelas, saya tidak paham seperti apa,” katanya.
Usai mengerjakan tugas studi lapangan itu, pelajar itu pun dengan riang berfoto di halaman museum. Mereka juga melihat lokomotif dan tank yang juga menjadi koleksi museum. Canda tawa pun tak lepas dari mulut generasi penerus ini.
Sebagai siswi pondok pesantren, siswi MTs Roudhotut Tholibin hanya memiliki libur sehari setiap minggu, pada hari Jumat. Pada saat itu biasanya mereka pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Adapun sehari-hari, usai sekolah mereka kembali ke pondok, sebelum melakukan aktivitas keagamaan. Studi lapangan pun menjadi salah satu pelajaran favorit mereka.
Belajar memang tidak hanya bisa di dalam kelas. Belajar di luar kelas justru kadang lebih mudah diserap oleh siswa.
Sumber
Kompas Edukasi