Pak Menteri, Berpikirlah Dahulu Sebelum Berucap...
JAKARTA, KOMPAS.com — Orangtua ASS, siswi korban penculikan dan kekerasan seksual oleh sindikat di Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, benar-benar menyesali pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh. Kekecewaan karena insiden yang menimpa ASS, putri mereka, bertambah lagi.
Belum usai rasa penyesalannya pada Yayasan Budi Utomo, tempat sekolah anaknya yang dulu sempat mencemooh dan mengusir ASS dari kelasnya, kini siswi kelas IX itu pun menerima komentar tak sedap dari Mendikbud.
"Saya kecewa dan marah pada Bapak Menteri. Saya tidak takut menyatakan ini, Pak! Harusnya sebelum mengucap sesuatu, Bapak berpikirlah dahulu. Dia anak saya, korban, Pak! Bukan pelaku," seru RG, ibu ASS, dalam konferensi pers di Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA), Selasa (16/10/2012).
"Bapak tahu enggak? Pernah enggak Bapak menanyakan sendiri kepada kami? Kenapa Bapak menyatakannya langsung di depan publik bahwa anak kami melakukannya karena 'suka sama suka'?" tambahnya ketika didampingi suaminya, ASS, dan Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait.
Menurutnya, pemerintah seharusnya memberi semangat dan dukungan terhadap keluarga korban. Namun, ironisnya, pemerintah malah melakukan penghakiman terhadap korban dan sekaligus keluarga korban.
"Kami cukup menderita, Pak. Apakah media tahu bahwa selama itu dia (ASS) dipukuli, enggak dikasih makan, diberi obat-obatan selama satu minggu biar dia hilang ingatan, tak ingat keluarganya. Pernahkah Bapak menanyakan sendiri kepada Yogi si pelaku itu bahwa anak saya yang suka diperlakukan demikian?"
"Saya meminta kepada Bapak. Anak saya juga berhak mendapat pendidikan di Indonesia. Saya melakukan ini biar anak-anak yang juga mengalami kasus yang sama dengan anak saya, mereka tidak mengalami kasus yang saya alami. Saya harap bapak pertimbangkan atau meralat perkataan Bapak? Bapak punya anak tidak? Bapak Menteri pasti tahu rasanya seperti apa?" ungkapnya.
ASS juga kesal
Setelah sekian lama bungkam, ASS kali ini ikut angkat bicara. Dia menyampaikan kekecewaannya dalam kesempatan yang sama.
"Saya marah, saya enggak terima. Masa iya saya mau diperkosa, mau dipukuli orang. Saya enggak suka dibilang melakukan suka sama suka," ungkap ASS.
Remaja berusia 14 tahun yang mengenakan topeng saat konferensi pers itu mengaku kecewa seusai membaca pernyataan Mendikbud yang mengindikasikan dirinya bersalah dari salah satu media cetak.
"Saya tahu dari baca koran, saya enggak terima dan kecewa. Saya cuma pengin kembali lagi ke keluarga seperti biasa. Pengin diterima di masyarakat," kata siswi kelas IX itu.
Sementara itu, Komnas PA sudah mengirimkan surat petisi online yang secara langsung diarahkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh pada Senin (16/10/2012). Surat yang diunggah melalui situs change.org itu meminta M Nuh untuk melakukan permintaan maaf kepada pelaku dan keluarga korban serta mengakui kesalahannya kepada publik.
Sumber
Kompas Edukasi
Belum usai rasa penyesalannya pada Yayasan Budi Utomo, tempat sekolah anaknya yang dulu sempat mencemooh dan mengusir ASS dari kelasnya, kini siswi kelas IX itu pun menerima komentar tak sedap dari Mendikbud.
"Saya kecewa dan marah pada Bapak Menteri. Saya tidak takut menyatakan ini, Pak! Harusnya sebelum mengucap sesuatu, Bapak berpikirlah dahulu. Dia anak saya, korban, Pak! Bukan pelaku," seru RG, ibu ASS, dalam konferensi pers di Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA), Selasa (16/10/2012).
"Bapak tahu enggak? Pernah enggak Bapak menanyakan sendiri kepada kami? Kenapa Bapak menyatakannya langsung di depan publik bahwa anak kami melakukannya karena 'suka sama suka'?" tambahnya ketika didampingi suaminya, ASS, dan Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait.
Menurutnya, pemerintah seharusnya memberi semangat dan dukungan terhadap keluarga korban. Namun, ironisnya, pemerintah malah melakukan penghakiman terhadap korban dan sekaligus keluarga korban.
"Kami cukup menderita, Pak. Apakah media tahu bahwa selama itu dia (ASS) dipukuli, enggak dikasih makan, diberi obat-obatan selama satu minggu biar dia hilang ingatan, tak ingat keluarganya. Pernahkah Bapak menanyakan sendiri kepada Yogi si pelaku itu bahwa anak saya yang suka diperlakukan demikian?"
"Saya meminta kepada Bapak. Anak saya juga berhak mendapat pendidikan di Indonesia. Saya melakukan ini biar anak-anak yang juga mengalami kasus yang sama dengan anak saya, mereka tidak mengalami kasus yang saya alami. Saya harap bapak pertimbangkan atau meralat perkataan Bapak? Bapak punya anak tidak? Bapak Menteri pasti tahu rasanya seperti apa?" ungkapnya.
ASS juga kesal
Setelah sekian lama bungkam, ASS kali ini ikut angkat bicara. Dia menyampaikan kekecewaannya dalam kesempatan yang sama.
"Saya marah, saya enggak terima. Masa iya saya mau diperkosa, mau dipukuli orang. Saya enggak suka dibilang melakukan suka sama suka," ungkap ASS.
Remaja berusia 14 tahun yang mengenakan topeng saat konferensi pers itu mengaku kecewa seusai membaca pernyataan Mendikbud yang mengindikasikan dirinya bersalah dari salah satu media cetak.
"Saya tahu dari baca koran, saya enggak terima dan kecewa. Saya cuma pengin kembali lagi ke keluarga seperti biasa. Pengin diterima di masyarakat," kata siswi kelas IX itu.
Sementara itu, Komnas PA sudah mengirimkan surat petisi online yang secara langsung diarahkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh pada Senin (16/10/2012). Surat yang diunggah melalui situs change.org itu meminta M Nuh untuk melakukan permintaan maaf kepada pelaku dan keluarga korban serta mengakui kesalahannya kepada publik.
Sumber
Kompas Edukasi