Film Pendek Simbol Eksistensi Kawula Muda
Jurnas.com | Dikalangan anak muda, film ternyata bukan sekedar sebuah karya seni audio visual. Namun lebih dari itu, film pun kini sudah dianggap sebagai bentuk eksistensi di masyarakat.
Setidaknya itulah pandangan dari sineas kawakan 'bertangan dingin' Hanung Bramantyo. Menurut pria yang kerap melahirkan film berkualitas, dunia film, seperti film pendek maupun film indie, telah menjelma menjadi bagian terpenting di kalangan anak muda.
Hanung mengatakan, film pendek pun merupakan sarana atau medium anak muda untuk menunjukan eksistensi serta jati mereka.
"Jadi film bukan lagi sekedar karya seni, tapi sebagai eksistensi anak muda," kata Hanung yang sukses menggarap film "Ayat-Ayat Cinta" dalam acara jumpa pers di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama komunitas Apresiasi Film Pendek Indonesia 2012, Jumat (19/10).
Selain sebagai sarana eksistensi, film pendek, lanjut pria kelahiran Jogja 1 Oktober 1975.
ini, film juga merupakan sebuah kejujuran untuk menyeruakan hati nurani, dalam menyikapi berbagai realita kehidupan.
Menurut Hanung, kegiatan memproduksi film pendek memang patut diapreasi serta didukung berbagai pihak terkait, terutama yang peduli dengan nasib anak muda Indonesia.
Terlebih, kata pria jebolan jurusan Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta, anak muda saat ini banyak mendapat stigma negatif, karena kurangnya wadah untuk menyalurkan energi serta kreativitas mereka ke dalam kegiatan yang positif, salah satunya membuat film pendek.
Setidaknya itulah pandangan dari sineas kawakan 'bertangan dingin' Hanung Bramantyo. Menurut pria yang kerap melahirkan film berkualitas, dunia film, seperti film pendek maupun film indie, telah menjelma menjadi bagian terpenting di kalangan anak muda.
Hanung mengatakan, film pendek pun merupakan sarana atau medium anak muda untuk menunjukan eksistensi serta jati mereka.
"Jadi film bukan lagi sekedar karya seni, tapi sebagai eksistensi anak muda," kata Hanung yang sukses menggarap film "Ayat-Ayat Cinta" dalam acara jumpa pers di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama komunitas Apresiasi Film Pendek Indonesia 2012, Jumat (19/10).
Selain sebagai sarana eksistensi, film pendek, lanjut pria kelahiran Jogja 1 Oktober 1975.
ini, film juga merupakan sebuah kejujuran untuk menyeruakan hati nurani, dalam menyikapi berbagai realita kehidupan.
Menurut Hanung, kegiatan memproduksi film pendek memang patut diapreasi serta didukung berbagai pihak terkait, terutama yang peduli dengan nasib anak muda Indonesia.
Terlebih, kata pria jebolan jurusan Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta, anak muda saat ini banyak mendapat stigma negatif, karena kurangnya wadah untuk menyalurkan energi serta kreativitas mereka ke dalam kegiatan yang positif, salah satunya membuat film pendek.
Sumber