3 Peluang yang Pantang Dilewatkan Lulusan Baru

JAKARTA, KOMPAS.com – Apa harapan Anda setelah berhasil lulus dari studi pendidikan tinggi Anda? Tentu bekerja sesuai latar belakang ilmu yang sudah Anda tekuni. Namun, impian untuk bekerja sesuai bidang ilmu saja tak cukup.

Pasalnya, peluang-peluang besar ada di depan mata generasi muda Indonesia yang baru lulus kuliah. Dalam orasi ilmiah yang disampaikan di depan para wisudawan program studi Manajemen dan Akuntansi dalam acara wisuda ketiga Universitas Bakrie di Jakarta Convention Center, Kamis (21/2/2013), Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengungkapkan tiga peluang yang pantang untuk dilewatkan oleh sarjana-sarjana Indonesia. Peluang apa saja?

1. Kekuatan Pasar IndonesiaBayu mengatakan 65 persen pendapatan nasional Indonesia berasal dari konsumsi dalam negeri atau biasa disebut juga konsumsi rumah tangga dan ada sekitar 50-60 juta rakyat Indonesia yang disebut consumer class dengan pendapatan rumah tangga sebesar 20 juta per bulan.

“Anda bisa lihat betapa pesatnya perkembangan industri ritel dan eceran di Indonesia. Sektor ritel tumbuh 19-24 persen. Hampir tiap hari dibuka toko ritel baru, department store dan mal tumbuh pesat,” ungkapnya.

Hebatnya lagi, lanjut Bayu, perkembangan ekonomi yang pesat itu tak hanya terjadi di kota-kota besar, namun sudah merambah ke kota-kota kelas dua, seperti Malang dan Kediri di Jawa Timur, Purwokerto dan Purworejo di Jawa Tengah dan Kalimantan.

“Yang ingin saya sampaikan, kita yang harus ambil peluang itu karena kalau tidak, akan diisi oleh orang lain. Potensi sektor konsumsi Indonesia sangat besar. Tidak hanya sekadar beli, mereka mulai memilih kualitas, kemasan, delivery dan mekanisme pembayaran yang lebih baik dan enggak masalah mau bayar sedikit lebih tinggi,” tuturnya kemudian.

2. Sumber daya alamPeluang kedua adalah sumber daya alam Indonesia. Menurut Bayu, kekuatan sumber daya alam Indonesia memang selalu diulang-ulang sejak anak Indonesia duduk di sekolah dasar. Namun, Bayu menegaskan bahwa memang sumber daya hayati Indonesia membutuhkan kekuatan bisnis yang besar.

“Kita terhitung eksportir besar timah, sawit, kakao, dan kopi. Mari lihat itu sebagai kekuatan bisnis yang luar biasa. Kalau kita eksportir terbesar timah, harusnya kita yang nentuin harga dong. Nah, bagaimana kita bisa menjadi penguasa bisnis, butuh tantangan untuk memberi nilai tambah terhadap sumber daya alam kita. Enggak bisa lagi hanya menjual sumber daya alam yang ada, harus beri nilai tambah pada sumber daya alam kita,” tambahnya.

3. “We have to go beyond border”Apakah ini? Bayu mengatakan ini terkait rencana penerapan ASEAN Economic Community pada tahun 2015. Hampir tak ada lagi batas-batas ekonomi di antara negara ASEAN nantinya. Menurut Bayu, banyak orang khawatir dan takut untuk menghadapi pasar bebas ini. Namun, dia mendorong agar setiap orang, terutama para generasi muda, optimistis menghadapinya.

“Anda lulus sekarang, nanti akan bekerja, dan 2015 kita akan masuki Asean Economic Community. Praktis enggak ada batas negara-negara ASEAN. Ada yang takut tapi kita tetap diserbu, jadi lebih baik kita optimistis dan memanfaatkan itu. Vietnam, Laos, Myanmar sangat butuh ilmu Anda. Kibarkan Merah Putih di tempat lain,” tegasnya.

Ketiga peluang ini, lanjut Bayu, harus disikapi dengan sikap yang benar. Bayu mendorong para generasi muda untuk bersikap sebagai generasi bangsa yang besar.

“Tiga itu saja kalau Anda mau untuk mencoba mencermatinya agar enggak ada kekhawatiran. Indonesia diramalkan akan menjadi negara nomor tujuh terbesar di dunia pada tahun 2020. Kalau demikian, ekonomi kita harus kita yang pegang, bukan orang lain,” tandasnya.

Nasihat Bayu ini disimak oleh 236 wisudawan yang dilepas Universitas Bakrie pada hari ini. Ada sebanyak 113 lulusan dari program studi Manajemen dan 123 lulusan dari program studi Akuntansi. Wisuda dipimpin oleh Rektor Universitas Bakrie Sofia W Alisjahbana. Acara ini juga dihadiri oleh Koordinator Kopertis Wilayah III Ilza Mayuni, Ketua Yayasan Pendidikan Bakrie Ratna Indira Nirwan Bakrie dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Bakrie Nirwan Bakrie.

Sumber
Kompas Edukasi
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar