UN dan UKG Tak Sinkron Tunjukkan Ada Kecurangan
JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang berlangsung pada Agustus hingga November lalu terbukti rendah dan hanya berkisar pada angka rata-rata 42. Sementara hasil Ujian Nasional (UN) yang dikerjakan oleh para siswa menunjukkan hasil berbanding terbalik. Kelulusan UN 2012 mencapai 99 persen di seluruh Indonesia.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, mengatakan bahwa data hasil UKG dan UN yang tak berbanding lurus ini mengindikasikan UN yang selama ini diselenggarakan penuh kecurangan. Bahkan, UN ini justru membentuk karakter manipulatif dari para peserta didik.
"Bagaimana mungkin para guru mutu rendah ini bisa menghasilkan siswa yang kelulusan UN mencapai 99 persen di seluruh Indonesia? Jelas ada kecurangan," kata Retno saat jumpa pers Catatan Akhir Tahun 2012 FSGI di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Kalibata, Jakarta, Kamis (27/12/2012).
Meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersikeras membantah adanya kecurangan dalam pelaksanaan UN, kebijakan yang diambil dalam UN 2013 dengan mengeluarkan 20 variasi soal dalam satu kelas ini justru menunjukkan sebenarnya pihak kementerian mengakui adanya kecurangan dalam UN.
"Ini lucu kan. Katanya tidak ada kecurangan dalam UN, tetapi soal dibikin banyak variasi dengan alasan agar siswa fokus. Berarti pemerintah sebenarnya tahu kalau sebenarnya ada kecurangan," ujar Retno.
Ia menambahkan bahwa kecurangan UN ini sudah dan terjadi secara sistemik serta masif. Dengan adanya berbagai macam kecurangan ini, bagaimana bisa UN dijadikan pemetaan kualitas pendidikan. Semestinya, pemerintah mau melihat fenomena yang terjadi ini.
"Sebenarnya kan waktu digugat di Mahkamah Agung itu sudah kalah. Tapi, masih saja terus dilanjutkan. Ini karena nilai proyek UN yang besar," ungkap Retno.
"Variasi soal ini juga bentuk dari proyek karena berarti penggandaan soalnya kan akan lebih banyak," tandasnya.
Sumber
Kompas Edukasi
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, mengatakan bahwa data hasil UKG dan UN yang tak berbanding lurus ini mengindikasikan UN yang selama ini diselenggarakan penuh kecurangan. Bahkan, UN ini justru membentuk karakter manipulatif dari para peserta didik.
"Bagaimana mungkin para guru mutu rendah ini bisa menghasilkan siswa yang kelulusan UN mencapai 99 persen di seluruh Indonesia? Jelas ada kecurangan," kata Retno saat jumpa pers Catatan Akhir Tahun 2012 FSGI di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Kalibata, Jakarta, Kamis (27/12/2012).
Meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersikeras membantah adanya kecurangan dalam pelaksanaan UN, kebijakan yang diambil dalam UN 2013 dengan mengeluarkan 20 variasi soal dalam satu kelas ini justru menunjukkan sebenarnya pihak kementerian mengakui adanya kecurangan dalam UN.
"Ini lucu kan. Katanya tidak ada kecurangan dalam UN, tetapi soal dibikin banyak variasi dengan alasan agar siswa fokus. Berarti pemerintah sebenarnya tahu kalau sebenarnya ada kecurangan," ujar Retno.
Ia menambahkan bahwa kecurangan UN ini sudah dan terjadi secara sistemik serta masif. Dengan adanya berbagai macam kecurangan ini, bagaimana bisa UN dijadikan pemetaan kualitas pendidikan. Semestinya, pemerintah mau melihat fenomena yang terjadi ini.
"Sebenarnya kan waktu digugat di Mahkamah Agung itu sudah kalah. Tapi, masih saja terus dilanjutkan. Ini karena nilai proyek UN yang besar," ungkap Retno.
"Variasi soal ini juga bentuk dari proyek karena berarti penggandaan soalnya kan akan lebih banyak," tandasnya.
Sumber
Kompas Edukasi