Siswa SMK dipaksa belanja Rp100.000/bulan di koperasi
Tanjungpinang,
Kepulauan Riau (ANTARA News) - Seluruh siswa di SMK I Kota Tanjungpinang,
Provinsi Kepulauan Riau, dipaksa belanja minimal sebesar Rp100.000/bulan di
koperasi milik sekolah. Tujuannya mengasah jiwa kewirausahaan siswa, klaim
pengajar sekolah itu.
"Kebijakan
itu diambil sejak 2008, dan masuk dalam kurikulum pelajaran di sekolah.
Tujuannya untuk mendidik para siswa untuk berwirausaha," kata pengelola
bisnis SMK I Tanjungpinang, Totok Harianto, yang juga guru mata pelajaran
kewirausahaan, Selasa.
Totok mengatakan, jumlah siswa di SMK I Tanjungpinang sebanyak 1.104 orang. Program itu masuk dalam kurikulum kewirausahaan, yang dilaksanakan berdasarkan instruksi Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan.
Pelaksanaan program itu wajid melibatkan siswa. Siswa yang mengelola mini market, travel dan bank mini milik sekolah. Sedangkan lima guru hanya sebagai koordinator, yang masing-masing hanya diberi honor Rp75.000/bulan.
"Siswa yang dilibatkan menjadi tenaga pemasaran dan kasir diberi honor," ungkapnya.
Pembelian barang di koperasi sekolah, kata dia, telah disepakati orang tua murid dan komite sekolah. Pelajar yang diwajibkan untuk membeli produk yang dijual koperasi juga memperoleh keuntungan, karena dapat menjual kembali produk itu dengan harga yang lebih tinggi.
"Kalau harga barang Rp1.000, siswa dapat menjualnya kembali dengan harga Rp1.200. Keuntungan itu untuk siswa," katanya.
Beberapa
pelajar yang ditemui wartawan merasa keberatan dengan kebijakan sekolah tersebut,
karena tidak ada manfaatnya. Harga sembako yang dijual di koperasi itu juga
sama seperti di swalayan.
"Bisa berpengaruh ke nilai, apalagi kalau belanja tidak mencapai Rp75.000. Terpaksa kami minta orang tua untuk membelinya," ungkap beberapa siswa Kelas 10 SMK 1 Tanjungpinang.
"Bisa berpengaruh ke nilai, apalagi kalau belanja tidak mencapai Rp75.000. Terpaksa kami minta orang tua untuk membelinya," ungkap beberapa siswa Kelas 10 SMK 1 Tanjungpinang.
Sumber