Terlalu Lama di Sekolah Membuat Anak Tidak Kritis
JAKARTA, KOMPAS.com -
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno
Listiyarti menilai pemerintah keliru besar saat berencana menambah jam
di sekolah. Menurutnya, kebijakan itu akan membuat siswa semakin
tertekan.
"Wah jangan, menambah jam sekolah akan memberatkan siswa, stres," kata Retno kepada Kompas.com, Selasa (18/9/2012) malam.
Ia
mencontohkan, siswa kelas 1 SMA misalnya, saat ini dibebani sekitar 17
mata pelajaran. Rata-rata, mereka berada di sekolah selama enam sampai
tujuh jam, lima hari dalam seminggu. Atau siswa di Sekolah Dasar (SD).
Meski lebih luang, tapi dinilai Retno juga cukup berlebih.
Hal itu
terjadi karena ada beberapa materi pelajaran yang diberikan sebelum
waktunya. "Harusnya dikurangi, bukan ditambah. Misalnya anak SD, mereka
belum begitu perlu belajar teknologi informasi," ungkapnya.
Pernyataan
Retno bukan tanpa alasan. Ia beranggapan setiap siswa harus diberi
lebih banyak waktu untuk mengembangkan kompetensi sosial. Misalnya
berorganisasi, mendorong mereka berlatih berbicara untuk menumbuhkan
jiwa kepemimpinan.
"Kalau lama di sekolah, kapan waktu mereka
bersosial, berorganisasi? Menambah waktu di sekolah akan membuat anak
menjadi tidak kritis," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh berencana menambah
jam siswa di sekolah. Rencana itu akan dilebur seiring dengan kurikulum
nasional yang diperbarui.
Mendikbud menilai, ada nilai sosial yang berubah, terlalu lama di luar sekolah membuat anak terpancing melakukan hal negatif.
Sumber