Mamoru Mohri "Anak Indonesia Pasti Bisa Jadi Astronot"
JAKARTA, KOMPAS.com - Mamoru Mohri punya harapan besar ketika berkunjung ke Indonesia. Astronot asal Jepang ini berharap jejak petualangannya ke antariksa diteruskan oleh anak-anak Indonesia. Mamoru yakin akan kemampuan generasi muda Tanah Air.
"Saya melihat generasi muda Indonesia sangat potensial untuk menjadi seorang astronot," kata Mamoru, Rabu (13/9/2012).
Saat hadir di Kalbe Junior Science Fair 2012 di Jakarta, 8-9 September lalu, Mamoru memang diminta untuk menjelaskan mengenai peran astronaut ilmuwan dan tugasnya selama berada di luar angkasa kepada anak-anak yang datang. Mamoru mengaku terkesan dengan animo anak-anak untuk mendengarkan dan cita-cita mereka untuk menjadi astronot.
Oleh karena itulah, dia berani merauh harapan yang besar tentang misi antariksa oleh astronot dari Indonesia. Menurutnya, iklim perkembangan sains di Indonesia sebenarnya sangat menjanjikan. Satu-satunya pekerjaan rumah hanyalah memberikan motivasi kepada generasi muda untuk aktif terlibat dalam riset dan sains.
Astronot ilmuwan pertama Asia
Mamoru adalah astronot ilmuwan pertama Asia. Dia adalah ahli kimia yang dipilih untuk meluncur ke antariksa pada 12-20 September 1992 dalam misi Enceavor STS-47.
Seharusnya, sebutan astronot ilmuwan pertama Asia itu menjadi milik seorang astronot ilmuwan Indonesia, seorang perempuan bernama Pratiwi Sudarmono. Namun, peristiwa meledaknya wahana antariksa bernama Challenger yang seharusnya meluncurkan tiga satelit, salah satunya, satelit Palapa B3, dan menewaskan tujuh astronotnya terjadi pada Februari 1986.
Setelah kejadian ini, sejumlah misi dibatalkan, termasuk misi perempuan pakar mikrobiologi itu dan timnya yang disebut misi STS-61-H. Enam tahun setelahnya, Mamoru berangkat dan berhasil disebut sebagai astronot ilmuwan pertama Asia.
Mamoru sekarang aktif sebagai Direktur Eksekutif Museum Inovasi Jepang. Sudah dua kali dia berkunjung ke Indonesia, antara lain memenuhi undangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan undangan seminar tentang green economic di Bogor, Jawa Barat. Tiga kali kunjungannya ini sudah memantapkan penilaian pria berusia 64 tahun ini bahwa generasi muda Indonesia mampu bersaing di dalam dunia sains dan teknologi, bahkan di luar angkasa.
Sumber