Pemerhati: Ada yang Keliru di Sekolah
JAKARTA, KOMPAS.com - Menanggapi
kembali maraknya tawuran antarpelajar, pemerhati pendidikan dari
Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Arief Rahman berpendapat bahwa ada
yang keliru dalam penciptaan suasana belajar di sekolah. Kekeliruan
itulah yang akhirnya melahirkan bibit-bibit kekerasan di benak para
peserta didik.
Menurutnya, kekeliruan terbesar adalah saat proses
pembelajaran hanya ditujukan untuk mengejar hasil secara akademik.
Dalam arti hanya mengedepankan mengasah kemampuan kognitif dan tak
diimbangi dengan kecakapan sikap sebagai pembentuk karakter peserta
didik.
"Sangat keliru ketika semua hanya mengejar prestasi
akademik. Saya prihatin pada sekolah yang hanya mengejar rangking saja
tetapi keunggulan yang lebih komprehensif seperti kepribadian dan budaya
damai antar sekolah tidak ditanamkan," kata Arief kepada Kompas.com, Kamis (27/9/2012).
Lebih
jauh, Ketua Harian Unesco untuk Indonesia ini mengungkapkan, manajemen
sekolah harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
jauh suasana mencekam. Karena faktanya, proses belajar yang ada saat ini
sudah keluar dari amanat UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas), di mana proses pendidikan seharusnya dapat
mencetak siswa yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
"Suasana
belajar jadi mencekam karena siswa hanya dikejar keunggulan otaknya
saja tanpa diasah kembali sisi kepribadiannya," tukas Arief.
Untuk
itu, ia mengimbau agar pemerintah melakukan kajian untuk menambah
standar pendidikan nasional. Asupan materi yang mengasah karakter
peserta didik harus secara eksplisit lebih ditekankan di dalamnya.
“Tambah standar pendidikan kita, masukkan pembentukan karakter terpuji di dalamnya," pungkasnya.
Sumber