Perekam Pesanan Makanan Ramah Lingkungan Karya Siswa SMA
SEMARANG, KOMPAS.com –
Pernahkah terpikir di benak Anda, berapa banyak kertas yang digunakan
restoran-restoran untuk menulis pesanan makanan? Dan, apakah memesan
makanan di restoran harus selalu menggunakan kertas?
Banyaknya penggunaan kertas di restoran-restoran dinilai tidak ramah lingkungan. Hal inilah yang membuat dua siswi Semesta Boarding School Semarang, Dini Esfandiari dan Shofi Delaila Herdi menciptakan sebuah alat yang lebih praktis dan ramah lingkungan. Alat tersebut diberi nama Mini Multi Commander (MMC). Sebuah alat kecil berbentuk tabung untuk menyimpan pesan suara dan playback suara sebagai pengganti kertas.
Karya tersebut berhasil menyabet medali emas pada ajang National Young Inventor Award (NYIA) yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2011 lalu. Selain itu, karya ini juga berhasil mengukir prestasi di ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Bangkok, Thailand akhir Juni lalu dengan mendapatkan Special Award dari tim juri pada kategori Recreational and Educational Invention.
Dini mengatakan, melalui alat yang mereka ciptakan, restoran tidak perlu menyediakan kertas untuk menuliskan pesan makanan. Tentunya akan menghemat pengeluaran untuk pembelian kertas dan ramah lingkungan. Sebab, kertas yang sudah digunakan biasanya tidak bisa terpakai.
“Kalau kertas untuk nota masih tetap, tapi untuk pemesanan tidak perlu menggunakan kertas jika menggunakan MMC ini,” katanya.
Alat ini, ungkapnya, dirakit dari bahan-bahan yang sederhana dan tidak terlalu sulit dalam mencarinya. Misalnya, lampu LED kecil, display screen kecil, micro controller, ISD 25120 untuk perekam, baterai berbentuk kotak rechargable berkekuatan 9 volt, serta tempat bekas makanan ringan yang berbentuk bulat tabung yang digunakan sebagai bentuk luarnya.
“Sistem kerjanya, pengunjung bisa merekam suara jenis makanan apa saja yang akan dipesan dengan membuka tutup bagian atas, dan nanti alat akan diambil oleh pelayan untuk mengetahui pengunjung itu memesan apa. Caranya, dengan membuka tutup bagian bawah untuk mendengar. Jika ada pesan yang terekam, lampu LED akan menyala,” ujar pecinta olah raga tenis dan basket ini.
Sistem kerjanya seperti alat perekam (recorder) pada umumnya. Namun lebih minim tombol agar tidak membingungkan pemakai. Durasi rekaman bisa mencapai dua menit, dan sudah dicoba cukup untuk memesan sejumlah makanan di restoran atau café.
Tugas sekolah
Dini mengisahkan, awal terciptanya alat ini bermula dari tugas sekolah. Bersama Shofi, mereka melakukan survei terhadap penggunaan kertas untuk pemesanan makanan di sejumlah restoran dan café yang cukup besar di Semarang. Hasilnya, setiap restoran minimal menghabiskan uang sebesar Rp 800 ribu hingga Rp 900 ribu untuk pembelian kertas. Adapun, untuk membuat prototipe alat ini hanya menghabiskan uang sekitar Rp300 ribu dan bisa digunakan dalam jangka waktu lama.
“Setelah itu kertas hanya dibuang saja, padahal pengeluarannya besar. Dari situ kami berpikir untuk membuat alat yang lebih hemat dan tahan lama. Jadilah MMC ini. Kalau diproduksi banyak tentu akan lebih murah,” ujar gadis kelahiran Tegal, 11 November 1994.
Bukan hanya untuk merekam pesanan di restoran, alat ini juga multifungsi dan bisa dijadikan sebagai alarm pengingat atau pesan apa pun yang akan disampaikan. Sebab, pada alat tersebut juga terdapat komponen real time clock. Fungsinya bisa seperti alarm, namun menimbulkan suara.
“Misalnya untuk alarm bisa diisi dengan suara 'Bangun, bangun'. Atau, kalau orang tua akan meninggalkan pesan kepada anaknya ketika pergi seperti 'Jangan lupa makan atau jangan lupa mengerjakan PR', juga bisa. Jadi memang multifungsi,” jelasnya.
Saat ini, Dini dan Shofi, sudah lulus dari jenjang SMA. Shofi diterima di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Sementara, Dini masih mencari universitas yang tepat dan memimpikan bisa kuliah di Fakultas Kedokteran UI untuk mewujudkan cita-citanya sebagai dokter, meski harus menunda kuliahnya tahun depan.
Sukses, ya!
Banyaknya penggunaan kertas di restoran-restoran dinilai tidak ramah lingkungan. Hal inilah yang membuat dua siswi Semesta Boarding School Semarang, Dini Esfandiari dan Shofi Delaila Herdi menciptakan sebuah alat yang lebih praktis dan ramah lingkungan. Alat tersebut diberi nama Mini Multi Commander (MMC). Sebuah alat kecil berbentuk tabung untuk menyimpan pesan suara dan playback suara sebagai pengganti kertas.
Karya tersebut berhasil menyabet medali emas pada ajang National Young Inventor Award (NYIA) yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2011 lalu. Selain itu, karya ini juga berhasil mengukir prestasi di ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Bangkok, Thailand akhir Juni lalu dengan mendapatkan Special Award dari tim juri pada kategori Recreational and Educational Invention.
Dini mengatakan, melalui alat yang mereka ciptakan, restoran tidak perlu menyediakan kertas untuk menuliskan pesan makanan. Tentunya akan menghemat pengeluaran untuk pembelian kertas dan ramah lingkungan. Sebab, kertas yang sudah digunakan biasanya tidak bisa terpakai.
“Kalau kertas untuk nota masih tetap, tapi untuk pemesanan tidak perlu menggunakan kertas jika menggunakan MMC ini,” katanya.
Alat ini, ungkapnya, dirakit dari bahan-bahan yang sederhana dan tidak terlalu sulit dalam mencarinya. Misalnya, lampu LED kecil, display screen kecil, micro controller, ISD 25120 untuk perekam, baterai berbentuk kotak rechargable berkekuatan 9 volt, serta tempat bekas makanan ringan yang berbentuk bulat tabung yang digunakan sebagai bentuk luarnya.
“Sistem kerjanya, pengunjung bisa merekam suara jenis makanan apa saja yang akan dipesan dengan membuka tutup bagian atas, dan nanti alat akan diambil oleh pelayan untuk mengetahui pengunjung itu memesan apa. Caranya, dengan membuka tutup bagian bawah untuk mendengar. Jika ada pesan yang terekam, lampu LED akan menyala,” ujar pecinta olah raga tenis dan basket ini.
Sistem kerjanya seperti alat perekam (recorder) pada umumnya. Namun lebih minim tombol agar tidak membingungkan pemakai. Durasi rekaman bisa mencapai dua menit, dan sudah dicoba cukup untuk memesan sejumlah makanan di restoran atau café.
Tugas sekolah
Dini mengisahkan, awal terciptanya alat ini bermula dari tugas sekolah. Bersama Shofi, mereka melakukan survei terhadap penggunaan kertas untuk pemesanan makanan di sejumlah restoran dan café yang cukup besar di Semarang. Hasilnya, setiap restoran minimal menghabiskan uang sebesar Rp 800 ribu hingga Rp 900 ribu untuk pembelian kertas. Adapun, untuk membuat prototipe alat ini hanya menghabiskan uang sekitar Rp300 ribu dan bisa digunakan dalam jangka waktu lama.
“Setelah itu kertas hanya dibuang saja, padahal pengeluarannya besar. Dari situ kami berpikir untuk membuat alat yang lebih hemat dan tahan lama. Jadilah MMC ini. Kalau diproduksi banyak tentu akan lebih murah,” ujar gadis kelahiran Tegal, 11 November 1994.
Bukan hanya untuk merekam pesanan di restoran, alat ini juga multifungsi dan bisa dijadikan sebagai alarm pengingat atau pesan apa pun yang akan disampaikan. Sebab, pada alat tersebut juga terdapat komponen real time clock. Fungsinya bisa seperti alarm, namun menimbulkan suara.
“Misalnya untuk alarm bisa diisi dengan suara 'Bangun, bangun'. Atau, kalau orang tua akan meninggalkan pesan kepada anaknya ketika pergi seperti 'Jangan lupa makan atau jangan lupa mengerjakan PR', juga bisa. Jadi memang multifungsi,” jelasnya.
Saat ini, Dini dan Shofi, sudah lulus dari jenjang SMA. Shofi diterima di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Sementara, Dini masih mencari universitas yang tepat dan memimpikan bisa kuliah di Fakultas Kedokteran UI untuk mewujudkan cita-citanya sebagai dokter, meski harus menunda kuliahnya tahun depan.
Sukses, ya!
Sumber