Sultan HB X: Anak Muda Kurang Hargai Budaya Sendiri
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Anak muda di ASEAN cenderung hidup berpola Barat, dan belum bisa membedakan antara westernisasi dengan modernisasi, kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Hal itu yang menjadi keprihatinan kita, anak muda kurang menghargai karakter budayanya sendiri yang sebenarnya lebih baik daripada budaya Barat," katanya saat menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Jepang untuk ASEAN Kimihiro Ishikane, di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, khusus di Yogyakarta, untuk mengembalikan generasi muda pada jati dirinya pemerintah mencoba mengkampanyekan pendidikan berkarakter budaya melalui sekolah-sekolah dan kampus-kampus.
"Di jenjang SD, SMP, dan SMA selain diajarkan pendidikan karakter budaya, anak didik juga diwajibkan mengunjungi museum. Mudah-mudahan hal itu juga diberlakukan untuk anak muda di Jepang," katanya.
Ia mengatakan, Yogyakarta dengan Jepang telah lama menjalin kerja sama "sister province" dengan Kyoto yang setiap dua tahun selalu dievaluasi dan diperbarui programnya, dan hingga saat ini berjalan dengan baik.
Sejak terjalinnya kerja sama tersebut, kata dia, kedua provinsi saling melakukan tukar menukar pemuda dalam hal ini pertukaran pelajar. Selain itu setiap setahun sekali juga dilakukan pameran bersama antara pemuda Yogyakarta-Kyoto yang dilaksanakan di Yogyakarta pada Oktober.
"Jadi, setiap Oktober masyarakat Yogyakarta pasti mengetahui ada pameran bersama antara Yogyakarta-Kyoto. Panitia kegiatan itu merupakan pemuda-pemuda Yogyakarta," katanya.
Kimihiro Ishikane yang didampingi istrinya Kouru Ishikhane mengatakan, pertemuannya dengan Sultan itu dimaksudkan untuk silaturahim dan memperkenalkan diri sebagai Dubes Jepang untuk ASEAN.
"Selain itu kami juga ingin mengetahui lebih dalam tentang Yogyakarta dan potensi kepemudaannya, karena Yogyakarta dikenal sebagai salah satu kota budaya, pariwisata, dan pendidikan," katanya. (*)
"Hal itu yang menjadi keprihatinan kita, anak muda kurang menghargai karakter budayanya sendiri yang sebenarnya lebih baik daripada budaya Barat," katanya saat menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Jepang untuk ASEAN Kimihiro Ishikane, di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, khusus di Yogyakarta, untuk mengembalikan generasi muda pada jati dirinya pemerintah mencoba mengkampanyekan pendidikan berkarakter budaya melalui sekolah-sekolah dan kampus-kampus.
"Di jenjang SD, SMP, dan SMA selain diajarkan pendidikan karakter budaya, anak didik juga diwajibkan mengunjungi museum. Mudah-mudahan hal itu juga diberlakukan untuk anak muda di Jepang," katanya.
Ia mengatakan, Yogyakarta dengan Jepang telah lama menjalin kerja sama "sister province" dengan Kyoto yang setiap dua tahun selalu dievaluasi dan diperbarui programnya, dan hingga saat ini berjalan dengan baik.
Sejak terjalinnya kerja sama tersebut, kata dia, kedua provinsi saling melakukan tukar menukar pemuda dalam hal ini pertukaran pelajar. Selain itu setiap setahun sekali juga dilakukan pameran bersama antara pemuda Yogyakarta-Kyoto yang dilaksanakan di Yogyakarta pada Oktober.
"Jadi, setiap Oktober masyarakat Yogyakarta pasti mengetahui ada pameran bersama antara Yogyakarta-Kyoto. Panitia kegiatan itu merupakan pemuda-pemuda Yogyakarta," katanya.
Kimihiro Ishikane yang didampingi istrinya Kouru Ishikhane mengatakan, pertemuannya dengan Sultan itu dimaksudkan untuk silaturahim dan memperkenalkan diri sebagai Dubes Jepang untuk ASEAN.
"Selain itu kami juga ingin mengetahui lebih dalam tentang Yogyakarta dan potensi kepemudaannya, karena Yogyakarta dikenal sebagai salah satu kota budaya, pariwisata, dan pendidikan," katanya. (*)
Sumber