Jangan Miskin Impian



Jangan Miskin ImpianSungguh saya sangat terinspirasi dengan sebuah tulisan yang dimuat dalam sebuah buku berjudul “Manajemen Pikiran”, buah karya dari duet Dennis Greenberger PhD dan Christine A Padesky PhD. Dalam salah satu bab dijelaskan bagaimana harapan-harapan kita sangat berpengaruh pada perilaku kita. Artinya, kita cenderung untuk melakukan sesuatu dan berhasil apabila kita percaya bahwa sesuatu itu sangat mungkin untuk dapat diwujudkan.

Ilustrasi yang disajikan dalam buku tersebut telah membuat saya dapat memahami suatu hal yang sangat penting, kekuatan impian dan keuletan dalam berjuang adalah kunci sukses menggapai asa dan impian.

Dikisahkan selama bertahun-tahun, para atlet percaya bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk berlari menempuh jarak satu mil (1.6 KM) dalam waktu empat menit. Dalam perlombaan di seluruh dunia, para pelari top berhasil menempuh jarak satu mil dalam waktu sedikit di atas empat menit. Kemudian, pelari Inggris bernama Roger Bannister memutuskan untuk menentukan perubahan apa yang bisa dia lakukan dalam gaya dan strategi berlarinya untuk menembus batas waktu empat menit tersebut. Dia percaya, pasti ada kemungkinan untuk bisa berlari lebih cepat dan dia menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengubah pola larinya untuk mencapai tujuannya. Pada tahun 1954, Roger Bannister berhasil menjadi orang pertama yang bisa menempuh jarak satu mil dalam waktu kurang dari empat menit.

Menariknya, begitu Bannister berhasil memecahkan rekor, para pelari terbaik di seluruh dunia pun mulai mampu menempuh jarak satu mil dalam waktu kurang dari empat menit. Tidak seperti Bannister, para pelari ini secara substansial tidak mengubah pola lari mereka. Apa yang berubah adalah pemikiran mereka, dimana kini mereka percaya bahwa dimungkinkan untuk berlari secepat mungkin dengan waktu di bawah empat menit. Perilaku mereka mengikuti pemikiran mereka.

Tentu saja, hanya dengan mengetahui bahwa sekarang ini dimungkinkan untuk bisa berlari dengan lebih cepat tidak berarti bahwa setiap orang bisa melakukannya. Berpikir tidaklah sama dengan melakukan. Tetapi, semakin kita percaya bahwa sesuatu itu mungkin untuk dilakukan, maka semakin kita akan berusaha untuk mencobanya.

Mimpi & kerja keras, dua hal ini pula yang mestinya dimiliki generasi muda kita. “Siapa yang punya mimpi & cita-cita masa depan? Apa cita-cita kalian?” Pertanyaan ini sering saya lontarkan pada anak-anak sekolah, di kota maupun di pelosok desa. Sedih rasanya jika suasana mendadak hening, tak ada satu pun siswa yang berani menatap saya dan menyampaikan cita-cita mereka. Ada apa dengan cita-cita & impian mereka? Apakah mereka tak punya mimpi atau tak punya keberanian untuk bermimpi?

Orang tua & guru, sosok penting yang bisa menjadi penjaja impian bagi anak-anak kita. Mereka bisa jadi idola. Karena mereka menjadi idola, mudah bagi mereka untuk memupuk impian yang dimiliki anak-anak. Anak-anak akan berujar, “Aku ingin seperti ayahku. Aku ingin seperti ibuku. Aku ingin seperti guruku”. Tugas selanjutnya, arahkan mereka pada jalan yang benar menuju pencapaian mimpi-mimpi mereka. Persoalan baru muncul ketika orang tua & guru tak bisa memfasilitasi anak-anak mereka untuk meraih cita-cita mereka.

Anak yang ingin menjadi dokter, tak mungkin hanya berdiam diri lalu langsung bisa menjadi dokter. Ada perjalanan  hidup yang mesti dilalui. Bagi orang kaya, tak ada persoalan membantu anaknya bisa menjadi dokter. Namun, bagaimana dengan nasib anak desa tak berpunya yang ingin menjadi dokter? Masih ada jalan keluar jika dia punya kegigihan untuk berjuang. Kuncinya ada pada keyakinan mereka terhadap impiannya. Jika mereka sudah tak berani bermimpi, cerita tentang mereka sudah usai.

Kita sudah banyak menemukan kisah sukses para pemilik impian. Memang kesuksesan hanyalah milik orang-orang yang setia berjuang untuk meraih impian-impian mereka. Ada tukang becak mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai lulus S1, S2, bahkan S3. Ada anak desa tak berpunya yang sukses menjadi pengusaha. Tak ada istilah tak mungkin dalam hidup ini. Mari belajar pada kisah Roger Bannister. Impian, doa, & kerja keras silih berganti menjadi penghias dalam perjuangan meraih cita-cita. Impian bisa menjadi pembeda dalam indahnya kisah sukses & suramnya kisah kegagalan seseorang.

Napoleon Bonaparte pun pernah berujar, “Kesuksesan tidak pernah final dan kegagalan tidak pernah fatal. Keberanianlah yang berlaku. Berjuanglah dengan penuh kehati-hatian. Yakinlah bahwa apa yang Anda perjuangkan itu sangat berharga”.

Hakikatnya, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Karena manusia juga punya impian, maka sekolah mesti menjadi tempat terbaik untuk mewujudkan impian murid-murid mereka di masa depan. Guru, inilah sosok yang mesti mampu membangkitkan keberanian murid-murid untuk bermimpi. Mimpi untuk menjadi manusia seutuhnya, unik, otentik, & paham mengapa mereka harus punya mimpi. Katakan pada murid-murid kita, “Jangan pernah takut bermimpi”.



Asep Sapa'at
Teacher Trainer di Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa


Sumber
Republika
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar