Jogja Animal Friends Protes Pameran Satwa 'The Jungle'
Danar Widiyanto |
Sabtu, 24 Maret 2012 | 13:20 WIB |
Dibaca: 146 |
Komentar: 0
BANTUL (KRjogja.com) -
Beberapa orang dari Animal Friends Jogja hari ini melakukan unjuk rasa
di gedung JEC, tempat pelaksanaan ajang "The Jungle: Jelajahi Belantara
Kreasimu". Mereka menganggap ajang yang digelar 21 hingga 25 Maret ini
sebagai praktek edukasi mengenai satwa yang salah.
"Ada buaya yang diletakkan dalam kandang kecil, tanpa akses ke air. Ada pula buaya yang diikat mulutnya, dan terlihat sangat stress. Ini sangat merugikan kondisi psikisnya, karena kebutuhan alamiahnya tidak diperhatikan," terang Amang, koordinator aksi, Sabtu (24/3).
Ia menegaskan, praktek edukasi yang benar dan aman bagi anak tentang kehidupan satwa liar adalah dengan memutar video dokumenter yang
menampilkan hewan di habitat aslinya. Bukan dengan menempatkan hewan pada habitat yang tidak sesuai aslinya.
"Kami mengimbau pihak Kebun Binatang Gembira Loka untuk memperhatikan kesejahteraan satwa, dengan tidak sekedar menjadikan satwa sebagai benda pajang saja," tandasnya.
Massa melakukan aksi dengan membisu, hanya membawa tulisan sembari menutup mulut menggunakan plester. Semula massa melakukan aksi di dalam area JEC, namun diusir satpam, sehingga aksi dipindah di luar halaman JEC.
Menanggapi aksi ini,Vira Nugraeni selaku EO (penyelenggara acara) menegaskan, apa yang dilakukannya merupakan upaya agar anak-anak cinta pada satwa. Dengan dikenalkan sejak dini, dan melihat langsung, anak-anak akan lebih mengenal satwa, tidak takut, sehingga lebih mudah mencintai.
"Kami tidak sembarangan menyelenggarakan acara. Niat kami baik, agar anak dapat mencintai binatang, tidak memukul atau membunuh hewan ketika dijumpai langsung," ujarnya.
Perwakilan Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka Resti Anita menambahkan, semua satwa dari Gembira Loka yang dihadirkan disini diberi makan secara cukup, dan di-rolling (diganti) secara berkala. Acara inipun sudah mendapat izin dan diawasi Kementrian Kehutanan RI.
"Kemarin memang ada buaya yang sakit, sudah kami kembalikan, dan diganti buaya yang lain. Kami lembaga konservasi, tidak sekedar cari profit," tandasnya. (Den)
Sumber
KRJogja
"Ada buaya yang diletakkan dalam kandang kecil, tanpa akses ke air. Ada pula buaya yang diikat mulutnya, dan terlihat sangat stress. Ini sangat merugikan kondisi psikisnya, karena kebutuhan alamiahnya tidak diperhatikan," terang Amang, koordinator aksi, Sabtu (24/3).
Ia menegaskan, praktek edukasi yang benar dan aman bagi anak tentang kehidupan satwa liar adalah dengan memutar video dokumenter yang
menampilkan hewan di habitat aslinya. Bukan dengan menempatkan hewan pada habitat yang tidak sesuai aslinya.
"Kami mengimbau pihak Kebun Binatang Gembira Loka untuk memperhatikan kesejahteraan satwa, dengan tidak sekedar menjadikan satwa sebagai benda pajang saja," tandasnya.
Massa melakukan aksi dengan membisu, hanya membawa tulisan sembari menutup mulut menggunakan plester. Semula massa melakukan aksi di dalam area JEC, namun diusir satpam, sehingga aksi dipindah di luar halaman JEC.
Menanggapi aksi ini,Vira Nugraeni selaku EO (penyelenggara acara) menegaskan, apa yang dilakukannya merupakan upaya agar anak-anak cinta pada satwa. Dengan dikenalkan sejak dini, dan melihat langsung, anak-anak akan lebih mengenal satwa, tidak takut, sehingga lebih mudah mencintai.
"Kami tidak sembarangan menyelenggarakan acara. Niat kami baik, agar anak dapat mencintai binatang, tidak memukul atau membunuh hewan ketika dijumpai langsung," ujarnya.
Perwakilan Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka Resti Anita menambahkan, semua satwa dari Gembira Loka yang dihadirkan disini diberi makan secara cukup, dan di-rolling (diganti) secara berkala. Acara inipun sudah mendapat izin dan diawasi Kementrian Kehutanan RI.
"Kemarin memang ada buaya yang sakit, sudah kami kembalikan, dan diganti buaya yang lain. Kami lembaga konservasi, tidak sekedar cari profit," tandasnya. (Den)
Sumber
KRJogja