Berprestasi di Balapan, Tak Tertinggal di Sekolah...


Menjadi siswa binaan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar atau PPLP memberikan kebanggaan besar bagi Muhammad Imam Arifin, Brian Dwi Wicaksono, Diwan Fiar Pradana, dan Deni Christianto.
Para pelajar SMA yang juga siswa binaan PPLP Balap Sepeda Jawa Tengah, yang berpusat di Kota Solo, ini menjadi siswa yang ”populer” di sekolahnya. Namun, popularitas itu disertai tanggung jawab yang besar.
Keempat siswa PPLP Solo itu tetaplah sama dengan siswa lainnya yang harus rajin mengerjakan berbagai tugas dan belajar untuk bisa mendapatkan nilai yang baik di sekolah. Ketika terpaksa absen tak sekolah beberapa hari karena harus berlomba, para siswa PPLP ini harus mengatasi ketinggalan pelajaran itu dengan usaha mereka sendiri atau meminta bantuan teman- temannya.
Deni, yang duduk di bangku kelas III di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef, Surakarta, sudah dua bulan mengurangi porsi latihannya karena harus fokus ke ujian nasional. ”Dari awal ditekankan pelatih, rapor juga harus tetap bagus,” ujar Deni yang juga pernah menjabat sebagai Ketua OSIS.
Sebagai siswa PPLP pertama yang bersekolah di SMA itu, Deni memberi kesan sangat baik bagi para gurunya. Antonius Marsis Surayuda, guru olahraga yang juga penanggung jawab urusan kesiswaan, menilai, secara pribadi, Deni menarik karena pandai bergaul dan juga terlatih, karena biasa menjalani latihan berat di PPLP.
”Waktu pemilihan ketua OSIS, dia dengan mudah bisa memengaruhi teman-temannya. Dia tidak usah kampanye, tetapi teman-temannya yang kampanye. Di samping itu, dia juga jagoan main musik sehingga masuk Yosef Band padahal seleksinya ketat. Dia juga suka membantu band yang bukan grupnya, sebagai pemain tambahan,” ungkap Surayuda.
Wali kelas Deni, Lusia Riyatimaningrum, yang juga guru Matematika, menambahkan, secara akademik, prestasi Deni tak buruk. Pada pembagian rapor rekap ulangan harian, beberapa waktu lalu, ia masuk peringkat ke-13, dari yang sebelumnya ke- 17. ”Dia menonjol di mata pelajaran Bahasa Inggris. Sementara untuk hitung-hitungan, seperti Matematika dan Akuntansi, masih kurang. Nilainya yang merah Sosiologi karena itu hafalan,” ujarnya.
Meski tak mendapat perlakuan khusus, katanya, Deni dipantau banyak guru di sekolahnya. Dengan demikian, dia selalu diingatkan jika tertinggal dalam mata pelajarannya.
M Ali Mashar SPd, guru kesiswaan SMA Batik I, Solo, juga menilai positif kehadiran Imam di SMA tersebut. Imam, yang kini kelas II SMA, bukan siswa yang menempati peringkat atas, tetapi juga tak berada di peringkat bawah. Dia bahkan bisa masuk ke jurusan IPA.
”Keberadaan Imam memberikan motivasi juga kepada murid-murid lain untuk berprestasi. Teman-temannya tahu dia atlet balap sepeda, tetapi belum ada yang tertular ingin seperti dia,” ungkap guru yang juga mantan atlet pencak silat itu.
Dispensasi sekolah
Deni dan Imam dipuji karena bisa membagi waktu dengan baik antara latihan, lomba, dan aktivitas sekolah. Mereka diberi dispensasi khusus untuk tidak masuk beberapa hari jika akan mengikuti turnamen. Namun, mereka tetap diwajibkan mengejar pelajaran yang tertinggal dengan belajar sendiri atau meminta bantuan teman-temannya.
”Kalau ada ulangan yang tertinggal, kami memberi kebijakan kepada dia untuk bisa ulangan susulan sendiri,” kata Ali.
Selain dispensasi itu, Deni tak mendapatkan insentif lain dari sekolah terkait statusnya sebagai siswa PPLP.
Di SMA Batik I, insentif berupa ”beasiswa” diberikan kepada Imam, yaitu berupa diskon pembayaran SPP. Yang jelas, jika Deni dan Imam menjuarai lomba, prestasi itu pasti diumumkan pada upacara bendera. (OKI)

Sumber
KOMPAS
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar