UN Jadi Syarat Masuk PTN, Apa Kata Sekolah?
Ayu Rahayu Elfitri | Inggried Dwi Wedhaswary |
Kompas.com meminta tanggapan dari dua SMA di Jakarta dan Depok, Jawa Barat, yaitu SMA 24 Jakarta dan SMA 1 Depok. Wirda selaku perwakilan bidang humas sekaligus Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMA 24 Jakarta mengatakan, hingga saat ini, pihaknya belum menerima informasi mengenai akan dijadikannya nilai UN sebagai salah satu instrumen kelolosan di sebuah PTN.
"Sampai sekarang yang kami tahu, informasi tersebut masih berupa isu. Saya justru baru tahu sekarang karena dari tahun-tahun sebelumnya, informasi tersebut sudah ada dan masih berupa wacana saja," ujarnya, ketika dijumpai pada pekan lalu.
Menurutnya, jika memang akan diterapkan, maka sebaiknya dilakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah melalui musyawarah kepala sekolah (MKS). Wirda berpendapat, dengan sosialisasi yang matang, sekolah bisa mempersiapkan para siswa dan tidak ada "kekagetan" di kalangan peserta didik. Ia mengkhawatirkan, para siswa akan menjadi tidak percaya diri dan menambah beban baru bagi mereka.
"Sudut pandangnya pun berbeda. Kalau menjadi syarat untuk masuk PTN, berarti ada saringan yang tidak tersaring, sedangkan kami berharap semua murid lulus," tambahnya.
Ia menambahkan, informasi mengenai kebijakan ini sebaiknya diberitahukan jauh-jauh hari, bahkan sejak siswa memasuki bangku SMA. "Nilai UN, yang sesuai dengan SKBM (standar kelulusan belajar minimal) hanya untuk kelulusan, tentu berbeda dengan standar masuk universitas," kata Wirda.
Sementara itu, Supyana, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA Negeri 1 Depok, mengatakan, hingga saat ini belum ada informasi yang diterima pihak sekolah terkait dijadikannya UN sebagai syarat masuk PTN.
"Kalau nanti dapat info itu dan ternyata benar, menurut saya hal itu sangat riskan. Masih banyak kelemahannya," kata dia, saat ditemui terpisah.
"Tidak menggambarkan prestasi anak yang sesungguhnya. Baiknya, untuk nilai UN tidak dijadikan syarat. Nilai UN seharusnya berbeda dengan ujian masuk PTN sehingga, kalau dibedakan, persaingan antar-anak dan sekolah lebih jelas. Dari prestasinya pun lebih jelas, terlihat perbedaannya," tambah Supyana.
Sebagai guru, ia menyatakan keberatan jika kebijakan itu diterapkan. Akan tetapi, jika sudah menjadi sebuah keputusan, maka sebagai pelaksana, ia akan menerimanya.
"Sebagai guru, saya tidak bisa apa-apa. Saya hanya nurut perintah dari atasan. Kalau itu benar, ya itu mesti dilakukan. Kemudian, kita baru bisa memberi bekal dari segi mental kepada siswa," katanya.
http://edukasi.kompas.com/read/2012/01/24/09200918/UN.Jadi.Syarat.Masuk.PTN.Apa.Kata.Sekolah.