Norwegia Jadi Pilihan untuk Studi ke Luar Negeri
JAKARTA - Kuliah di luar negeri menjadi
pilihan banyak orang untuk melanjutkan pendidikan mereka. Tiap negara
berlomba-lomba untuk menarik pelajar internasional dengan memperbaiki
kualitas pendidikan serta berbagai fasilitas pendukung bagi mereka.
Amerika Serikat, Jepang, Korea, maupun Australia merupakan sejumlah negara yang sering menjadi destinasi favorit para pelajar. Ternyata Norwegia pun patut menjadi pertimbanganmu. Norwegia merupakan salah satu negara dengan sistem kesejahteraan terbaik. Sebesar 10 persen dari penduduknya merupakan mahasiswa. Minat para pelajar Indonesia di negeri tersebut juga cukup baik.
Sayangnya, belum banyak mahasiswa ITS yang menjadikan Norwegia sebagai destinasi menimba ilmu. Padahal ITS memiliki ikatan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Trondheim Norwegian University of Science and Technology, atau dalam bahasa daerah Norwegia disingkat sebagai NTNU. Sebanyak 36 program master internasional ditawarkan NTNU. Persyaratannya hampir serupa dengan universitas internasional lainnya, hanya saja NTNU tidak melakukan tes wawancara dalam penerimaan calon mahasiswa.
Salah seorang alumni ITS yang juga mengenyam pendidikan di S-3 di Norwegia, Iwan Halim Saputra berbagi cerita mengenai beasiswa Norwegia untuk mahasiswa ITS. Alumni Jurusan Teknik Fisika ITS ini memaparkan beberapa keuntungan yang dapat diraih ketika menjadi mahasiswa di Norwegia. ''Di sana, mahasiswa S-3 dianggap sebagai pegawai sehingga digaji per bulan,'' tutur Iwan, seperti dilansir dari ITS Online, Kamis (21/6/2012).
Dia bertutur, SKS di Norwegia menggunakan standar Eropa, yaitu EETS. Dalam setahun mahasiswa dibebani 60 EETS. ''Bagi mahasiswa S-1 dan S-2, kategori E merupakan nilai minimal kelulusan dengan kategori F sebagai nilai terendah,'' ungkapnya.
Biaya semester yang dibayarkan untuk perguruan tinggi biasanya berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta. Sementara untuk berkomunikasi, penduduk Norwegia lebih menyukai bahasa daerah mereka. ''Tidak usah khawatir, 99 persen masyarakatnya fasih berbahasa Inggris,'' Iwan menambahkan.
Tidak hanya informasi mengenai beasiswa, sharing session yang diselenggarakan International Office ITS ini juga banyak mengenalkan budaya dan kehidupan di Norwegia. Iwan yang sebelumnya menamatkan pendidikan S-2 di Inggris juga bercerita mengenai kehidupan di negara multikultur tersebut. ''Ada midnight sun di Norwegia, jadi sepanjang hari tidak ada malam, matahari bersinar terus,'' cerita alumni angkatan 1994 itu.
Menurut Iwan, ada beberapa program beasiswa Norwegia yang bisa diakses, salah satunya adalah Quota Scheme. Program ini memiliki kontrak yang unik, 60 persen dari beasiswa yang diberikan pemerintah Norwegia merupakan pinjaman untuk penerima beasiswa. Walau begitu, pinjaman tersebut dianggap lunas jika setelah lulus penerima beasiswa langsung kembali ke Indonesia.(mrg)(rhs)
Amerika Serikat, Jepang, Korea, maupun Australia merupakan sejumlah negara yang sering menjadi destinasi favorit para pelajar. Ternyata Norwegia pun patut menjadi pertimbanganmu. Norwegia merupakan salah satu negara dengan sistem kesejahteraan terbaik. Sebesar 10 persen dari penduduknya merupakan mahasiswa. Minat para pelajar Indonesia di negeri tersebut juga cukup baik.
Sayangnya, belum banyak mahasiswa ITS yang menjadikan Norwegia sebagai destinasi menimba ilmu. Padahal ITS memiliki ikatan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Trondheim Norwegian University of Science and Technology, atau dalam bahasa daerah Norwegia disingkat sebagai NTNU. Sebanyak 36 program master internasional ditawarkan NTNU. Persyaratannya hampir serupa dengan universitas internasional lainnya, hanya saja NTNU tidak melakukan tes wawancara dalam penerimaan calon mahasiswa.
Salah seorang alumni ITS yang juga mengenyam pendidikan di S-3 di Norwegia, Iwan Halim Saputra berbagi cerita mengenai beasiswa Norwegia untuk mahasiswa ITS. Alumni Jurusan Teknik Fisika ITS ini memaparkan beberapa keuntungan yang dapat diraih ketika menjadi mahasiswa di Norwegia. ''Di sana, mahasiswa S-3 dianggap sebagai pegawai sehingga digaji per bulan,'' tutur Iwan, seperti dilansir dari ITS Online, Kamis (21/6/2012).
Dia bertutur, SKS di Norwegia menggunakan standar Eropa, yaitu EETS. Dalam setahun mahasiswa dibebani 60 EETS. ''Bagi mahasiswa S-1 dan S-2, kategori E merupakan nilai minimal kelulusan dengan kategori F sebagai nilai terendah,'' ungkapnya.
Biaya semester yang dibayarkan untuk perguruan tinggi biasanya berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta. Sementara untuk berkomunikasi, penduduk Norwegia lebih menyukai bahasa daerah mereka. ''Tidak usah khawatir, 99 persen masyarakatnya fasih berbahasa Inggris,'' Iwan menambahkan.
Tidak hanya informasi mengenai beasiswa, sharing session yang diselenggarakan International Office ITS ini juga banyak mengenalkan budaya dan kehidupan di Norwegia. Iwan yang sebelumnya menamatkan pendidikan S-2 di Inggris juga bercerita mengenai kehidupan di negara multikultur tersebut. ''Ada midnight sun di Norwegia, jadi sepanjang hari tidak ada malam, matahari bersinar terus,'' cerita alumni angkatan 1994 itu.
Menurut Iwan, ada beberapa program beasiswa Norwegia yang bisa diakses, salah satunya adalah Quota Scheme. Program ini memiliki kontrak yang unik, 60 persen dari beasiswa yang diberikan pemerintah Norwegia merupakan pinjaman untuk penerima beasiswa. Walau begitu, pinjaman tersebut dianggap lunas jika setelah lulus penerima beasiswa langsung kembali ke Indonesia.(mrg)(rhs)
Sumber