KOMPAS.com - Bulan Juni
hingga Agustus adalah waktu yang dinanti-nanti para pelajar dan
mahasiswa untuk menikmati libur panjang kenaikan kelas atau ujian akhir
semester dengan berbagai kegiatan menyenangkan yang tidak sekadar seru,
namun juga mendatangkan manfaat. Apalagi bila memiliki kesempatan
mendapatkan liburan gratis ke luar negeri yang menjadi impian semua
orang. Kenapa tidak?
Tahun lalu saya ikut, tetapi tiga artikel yang saya
kirim lolos sebagai juara ketiga. Sekarang juara dua dan baru bisa ke
Belanda.
-- Ricky Mardiansyah
Pun, tak sekadar gratis biaya akomodasi dan
perjalanan selama berada di luar negeri. Hal lain yang juga lebih
penting adalah "oleh-oleh" pengalaman dan wawasan baru untuk memperkaya
ide-ide saat kembali ke bangku sekolah dan kampus.
Kesempatan
seperti itu memang langka. Tak heran, begitu kesempatan itu ada,
peminatnya sangat banyak sehingga perlu usaha keras dan kompetitif,
seperti program rancangan Nuffic- Netherlands Education Support Office
(Neso) Indonesia, yaitu lembaga perwakilan resmi bidang pendidikan
tinggi Belanda, yang baru saja mengumumkan dua nama pemenang Kompetiblog
"Studi di Belanda".
Kompetiblog adalah kompetisi menulis artikel
tentang Belanda untuk masyarakat umum berusia antara 17-44 tahun.
Otomatis sasaran utamanya adalah pelajar dan mahasiswa. Tahun ini, ajang
tersebut memasuki tahun keempat sejak digelar pada 2009.
"Ini
merupakan ajang adu kemampuan mengeluarkan pendapat dalam bentuk artikel
dengan tema yang sudah ditentukan oleh Nuffic Neso Indonesia," kata
Education Promotion Manager Netherlands Education Officer (NESO), Inty
Dienasari.
Pemenangnya terbilang sangat beruntung. Hanya dengan
menulis artikel, mereka bisa pergi berlibur sekaligus menimba ilmu ke ke
Belanda. Dua pemenang itu adalah Nurlela dengan artikel berjudul "Musuh
Bebuyutan yang Membuat Bangsa Belanda Kreatif" dan Ricky Mardiansyah
dengan artikelnya "Rumus E mc2, Rahasia Kesuksesan Belanda".
Asyik, tentu saja. Mereka berdua akan mengikuti program summer school periode Juli-Agustus tahun ini.
Minat bahasa asing
Ricky
Mardiansyah adalah lulusan Sastra Perancis di Universiats Padjajaran,
Bandung. Ia menjajal kemampuannya bersaing dengan para penulis lain yang
sama-sama berkeinginan meraih pengalaman belajar bahasa di luar negeri
dengan biaya gratis. Sebagai juara dua, ia memeroleh hadiah studi
musim panas di Belanda selama dua minggu dan kompetisi tersebut menjadi
kali kedua yang diikutinya.
"Tahun lalu saya ikut, tetapi tiga
artikel yang saya kirim lolos sebagai juara ketiga. Namun tidak
mengurangi minat saya untuk terus mencoba. Bagi saya, Belanda adalah
impian sejak kecil. Sekarang juara dua dan baru bisa ke Belanda,"
ujarnya.
Lain Ricky, lain pula keberuntungan I Ketut Ari Guna
Septiasa, siswa SMA dari Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Jika Ricky
meraih liburan gratis melalui kompetisi menulis, I Ketut Ari Guna
Septiasa pada liburan kenaikan kelas kali ini akan menikmati perjalanan
gratis ke Jepang berkat keberaniannya menjajal kemampuan berpidato dalam
Bahasa Jepang yang diselenggarakan sebuah kursus bahasa Jepang, Pandan
College, di kawasan Bumi Serpong Tangerang.
"Minat generasi muda
untuk mau belajar bahasa asing di luar Bahasa Inggris memang masih
relatif rendah. Apalagi untuk bahasa yang terbilang sulit, seperti
Bahasa Jepang. Karena selain mengucapkan, juga harus memiliki kemampuan
menulis dalam huruf Kanji sehingga banyak anak muda tidak bertahan lama
mengikuti kursus Bahasa Jepang," kata Komisaris Pandan College Richard
Susilo.
"Kami ingin, semakin banyak generasi muda Indonesia
mengenal, bahkan mendalami Bahasa Jepang. Lomba pidato bahasa Jepang ini
diharapkan dapat memberikan motivasi bagi pelajar dan anak muda
Indonesia untuk belajar lebih baik lagi bahasa Jepang," katanya.
Jepang,
menurut Richard, adalah negara yang membuka peluang besar di bidang
pendidikan, transfer ilmu pengetahuan, seni dan budaya, potensi wisata
dan kesempatan bekerja. Untuk itulah, dengan menguasai Bahasa Jepang,
kesempatan mengenal lebih dekat dengan Negeri Sakura itu akan lebih
terbuka.
"Kami ingin mendorong generasi muda kita menguasai banyak
bahasa, di antaranya Jepang, sebab berbagai teknologi dan ilmu
pengetahuan di berbagai bidang dapat kita pelajari dari negara itu.
Karena itu, kemudian kami menyelenggarakan lomba pidato terbuka bagi
anak muda Indonesia berusia sampai dengan 24 tahun," katanya.
Tetapi,
patut disayangkan, lomba pidato dalam Bahasa Jepang masih kurang
peminat. Padahal, sosialisasi penyelenggaraannya sudah dilakukan dengan
berbagai cara, termasuk ke sekolah-sekolah dan kampus.
Sayang
sekali, tentunya. Jumlah pendaftar hingga batas waktu penutupan lomba
hanya sebanyak 12 orang dari Jabodetabek dan Bali. Dua pemenangnya
akan mendapat hadiah tiket gratis ke Jepang dan diharapkan mereka akan
lebih dekat lagi, serta mengerti dan memahami Jepang, bukan hanya dari
segi bahasa, tetapi juga dari segi budayanya.
"Kita harapkan anak
muda Jepang juga berbondong-bondong ke Indonesia untuk saling mengenal
satu sama lain. Apabila mereka saling kenal, dan bahkan menjadi sahabat
satu sama lain, saya yakin masa depan hubungan kedua negara akan semakin
kental semakin baik, bukan hanya antar manusia tetapi juga di segala
bidang kemasyarakatan, sosial, ekonomi dan politik," papar tokoh
filatelis Indonesia ini.
Berlibur sambil bekerja
Penguasaan
bahasa asing dengan cara tinggal bersama keluarga penutur asli di
negaranya merupakan salah satu cara belajar bahasa yang efektif.
Pengalaman ini bukan hanya membuat pembelajar bisa fasih berbahasa
asing. Hal yang penting adalah juga mampu mengenal budaya negara
tersebut.
Kegiatan tinggal bersama keluarga penutur asli di negara
yang bahasanya ingin dikuasai biasanya menjadi tawaran belajar
sekaligus berlibur di musim liburan sekolah nanti. Program yang
dinamakan homestay ini juga ditawarkan sekolah Bahasa Jepang di
Indonesia. Selama satu minggu, peserta akan tinggal di rumah
keluarga Jepang dan diajak mengenal teknologi otomotif dengan
mengunjungi pabrik otomotif terbesar di Jepang.
Richard menjelaskan, program homestay belajar
Bahasa Jepang ini untuk mengisi masa liburan anak sekolah Indonesia
pada Mei dan Juni ini dengan biaya sebesar 325 ribu Yen atau setara Rp
28 juta.
Belajar bahasa sambil bekerja juga ditawarkan oleh
International Language Center Anugerah, Denpasar, Bali. Peserta
kursus Bahasa Jepang bisa mengambil program lanjutan 1,5 tahun belajar
sambil bekerja di sebuah perkebunan anggrek "Japan Orchid", yang
bertindak sebagai pendukung program bagi peserta selama berada di negara
tersebut.
"Peserta akan belajar menggunakan kemampuan bahasanya
sambil bekerja di kebun anggrek dengan mendapat gaji dari perusahaan
tersebut selama 1,5 tahun," kata Wakil Direktur ILC Anugerah, I Made
Ardana Putra.
Rasanya, apapun caranya, mereka yang sudah mengambil
kesempatan emas tersebut tentu bergembira. Mereka mengisi liburannya
dengan menimba pengalaman di luar negeri tanpa harus menanggung biaya.
Kuncinya tidak jauh-jauh, kemauan keras disertai ketekunan untuk
rajin-rajin mencari tahu dari internet dan mengunjungi lembaga nonprofit
pemberi beasiswa atau program semacam homestay ke luar negeri.
Siap mencari kesempatan lagi tahun depan? Selamat mencoba!
Sumber
Kompas Edukasi