Pelajar Lereng Merapi Deklarasi Anti Tawuran


SLEMAN (KRjogja.com) - Ratusan siswa SMP dan SMA di lereng Merapi, deklarasi anti tawuran di Balai Desa Pakembinangun Pakem Sleman, Sabtu (29/9). Dilanjutkan dengan tanda tangan kesepakatan tidak melakukan tawuran.

Pemrakarsa kegiatan, Drs Agus Santoso yang juga Kepala Sekolah SMA N 1 Pakem, mengatakan deklarasi sebagai bentuk keprihatinan karena maraknya tawuran di kalangan pelajar. 

"Deklarasi sebagai bentuk komitmen damai ini diikuti sekitar 500 siswa dari lereng Merapi yaitu dari Cangkringan, Turi dan Pakem," tandas Agus.

Agus menegaskan SMA N 1 Pakem mempunyai komitmen untuk menindak siswa yang melakukan tawur. "Pertama akan dilakukan pembinaan namun jika sudah mengarah ke kriminalitas akan diserahkan ke polisi," tandas Agus Santoso.  (Ayu)

Sumber

Terlibat Kasus Besar, Siswa Harus 'Out'


JAKARTA (KRjogja.com) - Anak sekolah yang melakukan pelanggaran berat harus 'out' (keluar) siapapun orangtuanya dan jabatan orangtuanya. Hal ini dilakukan untuk menegakkan keadilan.
"Tegakan disiplin di setiap sekolah," demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhamamd Nuh di Jakarta, Jumat (28/9) 

Nuh juga curiga ada pihak yang bermain terkait maraknya aksi tawuran antar pelajar akhir-akhir ini. Mantan Rektor ITS ini juga  meyakini ada mafia yang membuat tawuran antar pelajar terus ada serta kian marak.

"Kita tidak boleh putus asa. Kita bongkar siapa mafianya," katanya.

Kemdikbud dan pihak sekolah masih membicarakan solusi atas persoalan tawuran antar pelajar. Nuh mengingatkan kepada sekolah untuk mendisiplinkan siswa-siswanya tanpa terkecuali. (Ati)

Sumber
KRJogja

Gangguan Psikotik Muncul Pada Remaja


Sumber

Guru Sebagai Agen Prubahan


Sumber
KR Epaper

Tawuran Berulang, Ospek Bakal Dilarang



DEPOK, KOMPAS.com Kembali berulangnya aksi tawuran pelajar antara SMUN 70 dan SMAN 6 di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, pada kemarin siang mendorong Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan Musliar Kasim untuk mengambil langkah konkret. Musliar mengatakan, kementerian akan memberikan instruksi kepada sekolah untuk menghentikan kegiatan ospek atau masa orientasi siswa (MOS) di tahun ajaran baru untuk meminimalkan doktrinasi senior kepada yunior.

"Saya sudah bilang perbuatan itu tidak ada gunanya, apalagi mencoreng dunia pendidikan. Kami akan buat edaran untuk tidak lagi mengadakan ospek dalam penerimaan siswa baru," katanya saat memberi sambutan di acara pembukaan Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina 2012, Selasa (25/9/2012) di Balairung UI Depok, Jawa Barat.

Semua pihak, lanjutnya, harus bertanggung jawab memutus mata rantai tawuran. Namun menurutnya, tak ada yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia pada saat ini.

"Ini bukan salah dalam sistem pendidikan Indonesia. Saya yakin semua, guru, orangtua, dan siswa, menginginkan yang terbaik. Kita juga berharap pihak kepolisian segera menyelesaikan ini semua," tuturnya.

Musliar berharap generasi muda sebaiknya aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan daripada melakukan kegiatan yang tidak berguna, lalu menularkannya kepada teman-teman sekolahnya. Dia mendorong generasi muda untuk mengupayakan kegiatan yang positif dengan berfokus pada pengembangan sikap dan moral pribadi.

"Moral dan sikap menjadi hal yang sangat penting bagi seorang siswa dan generasi muda. Jauhilah tindakan-tindakan yang hanya akan merugikan masa depan Anda," pesannya di hadapan ribuan peserta OSN 2012.

Sumber

Biaya Kuliah Distandarkan mulai 2013




"Sekarang ini kan banyak komponen biaya yang dipungut dari mahasiswa. Selain itu juga dikeluhkan biaya kuliah yang tinggi. Padahal sesuai UU Pendidikan Tinggi, biaya kuliah haruslah terjangkau. Untuk itu, satuan biaya pendidikan di PTN akan diatur," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Kamis (27/9/2012) di Jakarta.

Nuh mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sudah membentuk tim untuk menyusun standar satuan biaya operasional pendidikan. Standar pembiayaan tersebut ditargetkan selesai pada Februari 2013. Namun, Nuh belum bersedia menyebutkan plafon tertinggi yang ditetapkan pemerintah.

"Mulai tahun ajaran baru 2013/2014, komponen biaya yang dikenakan kepada mahasiswa, SPP saja. Ini yang kami namakan SPP tunggal. Tidak seperti ada banyak komponen, seperti uang satuan kredit semester, sumbangan pendidikan, SPP, dan lain-lain. Kami harap standar biaya ini jadi pengontrol supaya biaya kuliah terjangkau," kata Nuh.

Penetapan standar pembiayaan dipertimbangkan berdasarkan kewilayahan, program studi, dan karakteristik perguruan tinggi. Seperti diketahui, tata kelola PTN terbagi menjadi PTN badan hukum, PTN badan layanan umum, dan PTN satuan kerja.


Adanya standar biaya pendidikan di PTN, kata Nuh, menjadi alat kontrol bagi masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian, pemerintah memiliki instrumen pengawasan dengan memberlakukan insentif dan disentif.

Jika PTN memungut biaya SPP dari mahasiswa melampaui plafon maksimal yang ditetapkan, maka pemerintah memberikan sanksi pengurangan bantuan dana pemerintah. Sebaliknya, jika PTN bisa meningkatkan dana lewat pengelolaan riset, maka pemerintah memberikan insentif dengan menambah kucuran dana ke PTN.


"Dulu, pemerintah kan hanya bisa mengimbau supaya PTN jangan menaikkan biaya kuliah. Sekarang, sudah ada instrumennya, termasuk dengan menerapkan sanksi finansial," ujar Nuh.

Pada 2013, pemerintah mengalokasikan bantuan operasional pendidikan tinggi (BOPTN) senilai Rp 4 triliun. Dana yang dikucurkan ke semua PTN ini ditargetkan untuk mengerem keinginan PTN menaikkan tarif kuliah.                              

Sumber

Pemerhati: Ada yang Keliru di Sekolah




JAKARTA, KOMPAS.com - Menanggapi kembali maraknya tawuran antarpelajar, pemerhati pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Arief Rahman berpendapat bahwa ada yang keliru dalam penciptaan suasana belajar di sekolah. Kekeliruan itulah yang akhirnya melahirkan bibit-bibit kekerasan di benak para peserta didik.

Menurutnya, kekeliruan terbesar adalah saat proses pembelajaran hanya ditujukan untuk mengejar hasil secara akademik. Dalam arti hanya mengedepankan mengasah kemampuan kognitif dan tak diimbangi dengan kecakapan sikap sebagai pembentuk karakter peserta didik.

"Sangat keliru ketika semua hanya mengejar prestasi akademik. Saya prihatin pada sekolah yang hanya mengejar rangking saja tetapi keunggulan yang lebih komprehensif seperti kepribadian dan budaya damai antar sekolah tidak ditanamkan," kata Arief kepada Kompas.com, Kamis (27/9/2012).

Lebih jauh, Ketua Harian Unesco untuk Indonesia ini mengungkapkan, manajemen sekolah harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan jauh suasana mencekam. Karena faktanya, proses belajar yang ada saat ini sudah keluar dari amanat UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), di mana proses pendidikan seharusnya dapat mencetak siswa yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

"Suasana belajar jadi mencekam karena siswa hanya dikejar keunggulan otaknya saja tanpa diasah kembali sisi kepribadiannya," tukas Arief.

Untuk itu, ia mengimbau agar pemerintah melakukan kajian untuk menambah standar pendidikan nasional. Asupan materi yang mengasah karakter peserta didik harus secara eksplisit lebih ditekankan di dalamnya.

“Tambah standar pendidikan kita, masukkan pembentukan karakter terpuji di dalamnya," pungkasnya.

Sumber

Tawuran Pelajar Memprihatinkan Mendikbud: Siapa Pun yang Menghadang, Kita Tabrak


JAKARTA, KOMPAS.com Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh melontarkan tiga pandangan yang mungkin muncul dalam merespons kasus tawuran yang terus berulang antara pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta Selatan. Namun, Nuh menyampaikan bahwa pandangan ketigalah yang akan mendasari solusi yang akan diambil oleh kementerian. Apa itu?

"Sebagai penanggung jawab di dunia pendidikan, saya ambil opsi yang ketiga. Siapa pun yang menghadang, kita tabrak. Siapa yang menghalangi, kita sikat. Ini soal masa depan generasi, virus yang luar biasa. Maka stop at all cost," ucapnya dalam pertemuan bersama Kepala SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta Selatan di gedung Kemdikbud, Jakarta, Jumat (28/9/2012).

Sebelumnya, Mendikbud menyampaikan dua pandangan pertama sebagai opsi pembanding. Pandangan pertamanya adalah mendukung kesuburan tawuran pelajar di wilayah itu dengan memberikan modal yang maksimum agar kualitas tawurannya semakin tinggi.

"Bagaimana, apa perlu kita seperti itu? Beri mereka bedil supaya banyak korban yang jatuh. Saya pikir tak akan ada yang setuju karena ini tidak waras," ucap Nuh.

Pandangan keduanya, lanjut Nuh, adalah menyelesaikan permasalahan ini secara alami. Semua pihak cukup melarang dan kemudian ketika tawuran kembali terulang, dibiarkan selesai secara alami.

"Bagaimana dengan itu? Mau kita biarkan dan selesai secara alami?" tambahnya lagi.

Hingga kemudian, Nuh mengungkapkan bahwa pandangan ketigalah yang paling tepat, yaitu atas dasar semangat untuk menghentikan kebiasaan negatif ini, berapa pun biaya yang diperlukan demi menghentikannya.

Sumber
Kompas Edukasi

Padmanaba Science Tech Week 2012


Merupakan event dengan paket pendidikan yang lengkap, mulai dari Robotic Competition, Science Competition, dan Faculty Fair buat kamu yang masih galau jurusan di jenjang universitas nanti:)

Bermimpi berada di tengah rute para robot yang adu cepat di lintasan, mengikuti kompetisi sains yang memperebutkan piala Walikota dan mengunjungi macam-macam stand dari fakultas ternama? Sudah bukan mimpi lagi! Kita bisa mendapatkan paket akademik dan unik serta fantastik di PSTW2012! Di Padmanaba Science Tech Week 2012 kali ini memiliki 3 rangkaian acara, mulai dari PSC(Padmanaba Science Competition) yang penyisihannya dilaksanakan tanggal 4 November 2012 bersamaan dengan penyisihan PRC(Padmanaba Robotic Competition). Dan di ujung rangkaian ada puncak penutupan, dengan hari pertama, 10 November 2012, Final PRC dan Faculty Fair 1, dan hari kedua, 11 November 2012, Final PSC dan Faculty Fair 2. Kerinduan para pecinta robotik dan penjajah sains bisa terbayar di sini. Ohya, bagi pecinta pameran fakultas juga bisa terbayar di Faculty Fair, apalagi yang lagi galau jurusan.

Sumber

Cara Melestarikan Perdamaian Versi Alumni SMAN 70 dan SMAN 6 Jakarta Atas nama perdamaian, alumni kedua sekolah pun mengadakan diskusi.


Ternyata bukan cuma teman-teman siswa SMAN 6 Jakarta dan SMAN 70 Jakarta saja yang membicarakan perdamaian pada Kamis (27/09) kemarin. Sejumlah alumni dari kedua sekolah sepakat untuk berunding tentang  langkah yang harus dilakukan untuk melestarikan perdamaian.
Berlokasi di rumah seorang alumni SMAN 6 angkatan 1981, H. MAS Alex Asmasoebrata . Rapat ini pun dihadiri oleh alumni dari berbagai angkatan. Dari mulai tahun 1972 hingga angkatan 2008 ikut berdiskusi tentang perdamaian. Beruntung, tim Hai pun bisa ikut hadir mendengarkan.
Dari pertemuan yang juga dihadiri oleh kepala sekolah kedua sekolah itu pun menghasilkan beberapa langkah konkret yang diusulkan untuk dilakukan. Dan solusi yang paling utama adalah memaksimalkan kembali ekstrakulikuler serta peningkatan sarananya.
“Waktu di zaman saya, ekskul itu menjadi wadah siswa untuk menyalurkan jiwa mudanya. Terutama ekskul boxing. Dulu, tiap ada masalah biasanya diselesaikan satu lawan satu di situ, setelah damai,” cerita Bayu Fajri, Alumni SMAN 70 angkatan 2008.
John Muhammad, lulusan SMAN 6 tahun 1994 juga menawarkan sebuah solusi yang nggak kalah penting. Yaitu pendekatan alumni. “Selama ini kan para junior itu sering di doktrin oleh alumni yang nggak bener. Nah, udah saatnya alumni yang inspiratif dan sukses turun berbagi kisah positif kepada para siswa,” ungkap John.
Selain dua poin tersebut, beberapa solusi yang diajukan adalah melakukan orientasi pengenalan sekolah dengan Latihan gabungan di markas marinisi, melakukan studi banding ke sekolah kejuruan (STM) yang sudah sukses menghapuskan tradisi tawuran dan memaksimalkan fungsi pos keamanan terpadu di tengah-tengah SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta.

Sumber

Febry Hi Vi: Ayo Hapus Tradisi Tawuran Alumni SMAN 70 2010 ini pun angkat bicara.


Sebagai alumni SMAN 70 lulusan tahun 2010 pun, Febry Nandyo yang kita kenal sebagai gitaris dari grup band HiVi pun angkat bicara soal tragedi yang melibatkan almamaternya itu.
“Gue sangat nggak nyangka kenapa bisa sampai ada korban. Kenapa lepas kontrol banget, padahal kan biasanya senjata kayak gitu dipakai kalau darurat banget,” ujar Febry yang saat bersekolah aktif di ekskul boxing ini. 
 Febry, bersama teman-teman alumni SMAN 70 lainnya pun sepakat untuk mengakhiri pertikaian panjang antara dua sekolah di daerah Bulungan, Jakarta Selatan itu.

“Kita pasti bisa damai kok. Gue yakin. Apalagi kan anak-anak tujuh puluh terkenal dengan tekadnya yang kuat,” tegas Febry.
Soal solusi, Febry pun mengajukan beberapa langkah konkret yang harus dilakukan. Apa saja tuh?
“Seluruh pihak, termasuk alumni harus membimbing anak-anak yang masih disekolah. Junior itu kan selalu liat senior, jadi senior harus bisa menghapuskan tradisi tawuran. Kedua, Bulungan Cup harus dibikin terus. Selain jadi wadah kreasi, Bulcup penting biar sekolah kelihatan sisi positifnya. Biar sekolah nggak terkenal tawurannya doang,” pungkas Febry panjang lebar.

Yap, benar banget tuh. Bikin pensi dan giat di ekskul bisa jadi solusi yang tepat untuk mewadahi semangat muda. Let's celebrating youth without violences

Sumber

Gandeng Polri, Kemendikbud Bentuk Satgas Anti Tawuran


Jakarta, (Analisa). menterian Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan membentuk satuan tugas untuk mencari cara mencegah terulangnya aksi tawuran antar pelajar. Satuan tugas yang dibentuk di perkotaan dengan kerawanan masalah sosial tinggi tersebut akan bekerjasama dengan kepolisian setempat.
"Terus terang kalau masalah di luar sekolah, kita tidak bisa sendirian. Sweeping secara reguler di kendaraan-kendaraan umum oleh kepolisian bisa dilakukan," kata Mendikbud M Nuh di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu (26/9).

Satgas yang dibentuk ini sedianya untuk kasus tawuran menahun antara pelajar SMA 6 vs SMA 70, Bulungan, Jakarta Selatan. Tapi cakupan akhirnya diperluas menyusul aksi tawuran lain antar pelajar yang juga memakan korban jiwa di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, sore hari ini.

Satgas beranggotakan kepala sekolah, ikatan alumni, komite sekolah, OSIS, tokoh masyarakat, pemerhati dan praktisi pendidikan. 

Pembentukannya terutama di kota-kota besar yang dinilai rawan dengan masalah sosial, tidak hanya Jakarta.

"Kita tidak hanya kasus per kasus, tapi dikembangkan ke seluruh kawasan dengan sensitivitas sosial yang tinggi. Mohon kami diberi waktu memeras otak, berpikir mencari solusi, membedah masalah yang terjadi apakah sekedar fenomena anak muda ingin gaya-gayaan atau ada socio-illness," papar mantan Rektor ITS ini. (dtc)

Sumber

Kurikulum Pendidikan Kita Akan Berubah Akan seperti apa pelajaran kita nanti?

Jika tidak ada halangan, sistem dunia pendidikan kita akan kembali mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud dalam hal ini adalah mengenai kurikulum pendidikan nasional kita. Kabar ini berhembus setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh menyampaikannya secara langsung, seperti dilansir Kompas.com.
"Pembahasannya masih berlangsung, nanti akan diuji publik, dan Februari 2013 semuanya akan rampung," kata Pak Nuh, di Jakarta, Rabu (19/9/).
Namun perubahan yang akan dilakukan di dalam kurikulum pendidikan kita tidak akan diubah secara dadakan, kurikulum terbaru tersebut rencananya akan terus dikaji dan diuji publik dalam kurun waktu beberapa bulan. "Ini pekerjaan besar, mudah-mudahan bisa rampung sesuai target. Masih dalam pembahasan, dan semua serba mungkin," jelas Pak Mentri.

Menanggapi kemungkinan berubahnya sistem kurikulum pendidikan kita. Bella Waas, salah satu warga SMAN 82 Jakarta turut berkomentar. 
“Menurut aku, kurikulum yang cocok untuk anak SMA adalah kurikulum yang banyak mengedepankan kegiatan praktik dibanding teori, karena terlalu banyak teori nggak buat kita menjadi pintar, malah justru cenderung ingin terus mencontek, sedangkan kalau praktik, bisa berupa studi kasus, banyak kegiatan praktikum, serta penelitian, akan membuat logika kita sebagai pelajar akan lebih terasah dan berguna bagi kita hingga kuliah dan bekerja nanti,” ujar Bella serius, yang juga merupakan Ketua OSIS SMAN 82 Jakarta.
Nah, siapa yang setuju dengan pendapat, Bella? Yang jelas semoga apapun perubahan yang terjadi dalam kurikulum nanti akan membuat dunia pendidikan kita menjadi lebih baik lagi. Setuju?

Sumber

Biaya Hidup Mahasiswa Yogyakarta Naik 50%



YOGYAKARTA – Biaya hidup mahasiswa di Yogyakarta melonjak cukup tajam.

Untuk jenjang sarjana strata (S-1), kebutuhan hidupnya mencapai Rp1,74 juta atau meningkat 50 persen dibanding periode 2008. Selain untuk memenuhi kebutuhan pondokan dan konsumsi, biaya rekreasi dan hiburan juga cukup tinggi. Mahasiswa banyak memberikan kontribusi bagi pendapatan domestic regional bruto (PDRB) DIY.

Ketua Pusat Studi Ekonomi keuangan dan Industri LPPM UPN Veteran Yogyakarta, Ardito Bhinardi, berujar, kenaikan biaya mahasiswa ini terjadi di semua jenjang studi, baik Diploma, S-1 ataupun di jenjang S-2. Untuk program Diploma IV, naik dari Rp1,20juta per bulan pada 2008 menjadi Rp1,64 juta. Sedangkan S-1 dari Rp1,16 juta per bulan  menjadi Rp1,74, dan S-2 dari Rp2,18 menjadi Rp2,37 juta.

"Kenaikan ini dipicu kenaikan biaya makan minum dan pondokan," kata Ardito pada paparan survei Biaya Hidup Mahasiswa DIY pada 2012, yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia Perwakilan Yogyakarta bersama dengan UPN Veteran Yogyakarta, Selasa (25/9/2012)

Kenaikan mencolok juga terjadi pada variabel biaya rekreasi dan hiburan, naik dari Rp80 ribu menjadi Rp138 ribu. Selain itu juga biaya handphone, transportasi dan kebutuhan pendidikan seperti alat tulis dan buku. Internet juga menjadi variabel utama yang diperlukan mahasiswa.

Menurut Ardito, biaya hidup mahasiswa asal Sulawesi paling tinggi dianding daerah lain. Setiap bulannya, kebutuhan mahasiswa mencapai Rp2,61 juta. Mahasiswa Kalimantan menghabiskan Rp2,13 juta per bulan, Indonesia Timur Rp2,05 juta, dan Sumatera Rp1,8 juta. Untuk mahasiswa asal Jawa paling rendah, hanya sekira Rp1,6 juta.

"Mungkin banyak warga Sulawesi yang kaya, sedangkan di sini biaya hidup lebih murah," tuturnya.

Sementara itu, Peneliti Senior Bank Indonesia Yogyakarta Djoko Raharto, mengatakan peran mahasiswa ini sangat sentral dalam perekonomian di DIY. Setiap bulannya, para mahasiswa ini mengeluarkan biaya hidup hingga Rp423,8 miliar. Biaya ini memberikan kontribusi terhadap PDRB DIY sekira 9,82%.
"Mahasiswa ini banyak memberikan peluang usaha, dari kuliner, jasa hingga sektor ekonomi lainnya," jelasnya.(Kuntadi/Koran SI/rfa)

Sumber

Pilih 'Wajib Sekolah' atau 'Wajib Belajar'?



Pilih 'Wajib Sekolah' atau 'Wajib Belajar'?
Apa beda makna belajar dan bersekolah? Mana yang wajib, bersekolah atau belajar? Ahmad Bahrudin (Pendiri Komunitas Qoryah Thayyibah – Salatiga) pernah berujar, “Orang boleh putus sekolah, tapi tak boleh putus belajar”. 

Orang sekolahan belum tentu dia sudah belajar. Belajar pun tak mesti harus dibatasi oleh ruang sempit berwujud sekolah. Lantas, jika orang sudah paham belajar itu wajib tapi tak mampu bersekolah, apa yang harus dilakukan? Pak Ahmad Bahrudin beserta komunitas QT punya jawaban atas pertanyaan tersebut.

Komunitas belajar Qoryah Thayyibah (QT) merupakan satu model pendidikan alternatif berbasis komunitas (community-based education). Cita-citanya yakni terwujudnya masyarakat pembelajar yang berkeadaban luhur. 

Dalam proses pembelajarannya, komunitas ini berpijak pada konteks kehidupan lingkungan sekitar. Dengan melibatkan seluruh komunitas masyarakat sekitar sebagai subjek pembelajar, komunitas ini sekaligus menempatkannya sebagai guru, serta lingkungan alam dan sosial sebagai laboratorium pendidikan. 

Di situlah letak keunikan sekaligus keunggulan QT. Eksistensinya mampu menjadi bagian terintegrasi dari kehidupan masyarakat setempat. 

Dukungan mengalir dari berbagai pihak karena sistem manajemennya yang mengedepankan prinsip transparansi akuntabilitas. Sekolah boleh serba terbatas, tapi semangat belajar siswa mesti tetap berkobar.

Dahsyatnya, sekolah bisa merefleksikan jati diri masyarakat sekitarnya. Kesan menara gading sudah terhapus di benak masyarakat. Semua bisa terjadi karena sekolah mampu menjadi alternatif solusi bagi persoalan masyarakat sekitarnya. Sesuatu yang sulit dilakukan kebanyakan sekolah lain pada umumnya.   

“Saya sedih melihat anak-anak desa tidak paham dengan problem masyarakatnya. Komunitas ini hadir untuk membantu anak-anak paham dengan masalah desa, sekaligus mampu menjadi problem solver bagi masyarakatnya,” urai Pak Ahmad Bahrudin tentang awal proses pendirian komunitas QT. 

Ketika salah satu anaknya hendak melanjutkan sekolah dari SD ke SMP, ternyata hanya Pak Ahmad yang mampu membayar biaya masuk sekolah. Orang tua lainnya, yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, tak sanggup membayar uang pangkal sekolah. Momen inilah yang mengetuk nuraninya untuk berbuat sesuatu bagi masyarakat desa. 

Logika "karena miskin dan bodoh tidak bisa sekolah" dibalik menjadi "justru karena miskin dan bodoh, orang harus belajar agar pintar dan sejahtera". Belajar tidak harus melalui persekolahan. Orang boleh putus sekolah tapi tidak mungkin putus belajar. Putus belajar berarti putus dengan kehidupan. “Anak wajib belajar, tapi tak mesti harus bersekolah jika tak mampu,” tegas pria berpenampilan sederhana ini. 

Walau tinggal di sebuah dusun, siswa-siswi komunitas QT bisa mengakses internet 24 jam. Mana mungkin? Nothing is impossible. Fasilitas ini didapatkan secara gratis dari sumbangan salah seorang pengusaha yang tertarik dengan konsep komunitas belajar QT. 

Pak Din memang sosok yang visioner. Cara berpikirnya mungkin bisa kalahkan cara berpikir orang urban sekali pun. Uang saku harian anak-anak sebesar 4 ribu rupiah dikelola secara profesional guna menutupi biaya operasional sekolah. Angka 4 ribu rupiah sendiri disepakati bersama dengan pihak orangtua siswa. Tak ada istilah "inpak" alias iuran paksa. Semua dibahas secara terbuka dan tak dipaksakan kepada orang tua yang memang tak bisa bayar. 

Dari uang 4 ribu tersebut, seribu rupiah disisihkan untuk biaya cicilan pembelian gitar dan komputer, guna mendukung program ekstrakurikuler. Seribu rupiah untuk biaya makan siang dan minum susu. Sisanya, dikelola untuk semua kebutuhan siswa lainnya. 

Masyarakat sekitar makin mencintai keberadaan komunitas ini karena jauh dari kesan elit dan eksklusif. “Kami sengaja membeli susu dari orang tua siswa yang menjadi pedagang susu. Misal, jika mereka menjual susu 1 liternya Rp 1.200,-, kami membelinya di atas harga tersebut. Semoga bisa membantu usaha orang tua siswa agar bisa terus berkembang,” ungkap Pak Din soal ikhtiarnya membantu pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa. 

Ketika sekolah lain berlomba-lomba bergagah-gagah ria dengan label "standar nasional", "rintisan sekolah bertaraf internasional", "sekolah bertaraf internasional", komunitas QT adem ayem saja dengan konsep penyelenggaraan pendidikannya yang berfokus pada pemenuhan hak-hak belajar siswa. Mereka punya kurikulum KBK, singkatan dari "Kurikulum Berbasis Kebutuhan". 

Strategi pembelajaran komunitas ini berpusat pada subjek pembelajar dan selalu memanfaatkan segala yang ada di lingkungan sekitar. Termasuk, kompleksitas masalah masyarakat desa sebagai sumber pembelajaran. Wajar jika siswa sangat kerasan belajar di QT. Siswa QT sudah menganggap belajar sebagai kebutuhan dan bisa jadi modal bagi pencapaian cita-cita masa depan mereka. 

Belajar bukanlah konsep abstrak yang tak bisa dipahami, karena melulu dikasih doktrin oleh pihak guru dan sekolah. Tapi, konsepsi belajar sudah berubah menjadi suatu kenikmatan yang mesti dilakukan sepanjang hayat dikandung badan. 

Di masa depan, komunitas model ini punya potensi besar untuk memberikan sumbangsih nyata dalam menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan sadar akan potensi diri. Konsep ini lebih membumi, karena memberikan ruang dalam mengakomodasi upaya pemecahan masalah masyarakat setempat lewat layanan pendidikan yang diberikan. Siswa sendiri berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Guru benar-benar berperan menjadi mitra belajar. 

Tak heran jika sudah banyak karya yang dihasilkan para siswa QT. Sejumlah novel, film dokumenter, komik, mampu diproduksi oleh para siswa QT. Fakta yang paling menarik dari komunitas ini adalah, prinsip bahwa belajar itu hukumnya wajib, bersekolah itu mubah saja. Apalagi, jika bersekolah hanya sekadar untuk mendapatkan selembar ijazah. 

“Saya jamin kalau anak-anak ini belajar di sekolah, mereka pasti tak akan memiliki ruang untuk berkreasi,” ujar Pak Din sambil menunjukkan komik karya salah satu siswa QT pada salah satu Dirjen, di lingkungan Kemdikbud RI di sela-sela acara seminar pendidikan. 

“Lho, kok bisa begitu?” tanya Pak Dirjen. 

Pak Din dengan santai menyahut, “Karena di sekolah tidak ada ujian nasional bikin komik, pastinya kesempatan anak untuk mengembangkan bakatnya pasti terbatas!” 

Pak Dirjen hanya tersenyum simpul. Entah  menyiratkan ungkapan setuju atau tidak dengan pernyataan Pak Din. Hanya Pak Dirjen dan Tuhan saja yang tahu.  

Satu desa punya satu komunitas belajar seperti ini, bayangkan jika ribuan desa lainnya di negeri tercinta ini punya komunitas layaknya QT. Ada ribuan produk lokal yang bisa dikemas secara kreatif, ada ribuan sumber daya manusia desa yang mampu mengeskplorasi potensi diri. Itu artinya, banyak persoalan bangsa bisa diselesaikan dengan cara ini. Tak ada lagi rombongan orang desa yang pindah ke kota. Mereka sadar, potensi desa terlalu sayang jika tak dikelola dengan baik. 

Apa artinya sumber daya alam yang melimpah, jika sumber daya manusianya tak berdaya karena tak punya kompetensi untuk mengelolanya. Pendidikan, proses "memanusiakan manusia", jadi jalan pilihan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menguasai IPTEK, sekaligus memiliki "kendali diri" untuk menjadikan segala urusan menjadi maslahat bagi banyak orang. 

Akhirnya kita sampai di akhir tulisan. Saya sudah yakin, mana yang wajib di antara pilihan untuk bersekolah atau belajar. Bagaimana dengan Anda? Mana yang wajib, bersekolah atau belajar? Jika mau kejar titel dan ijazah, wajib sekolah dong. Mau adu prestise? Sekolah pasti masih bisa berikan jaminan. Tapi kalau soal ingin selamat dunia akhirat, fokuslah belajar untuk mencari ilmu. Belajar itu wajib. Tapi kalau bicara belajar di sekolah, itu soal pilihan saja.   







Asep Sapa'at

Teacher Trainer di Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa 


Sumber

Guru dan Murid Istimewa



Guru dan Murid Istimewa
Film Taare Zameen Par, ceritanya sangat inspiratif dan menggugah hati. Kisah hidup seorang guru berhati mulia. Mulia bukan karena semata berprofesi sebagai guru, tapi justru karena perilakunya yang patut digugu dan ditiru. 

Mengapa demikian? Profesi guru itu mulia. Kemuliaan itu semakin tampak ketika perilaku guru berkiblat pada kebajikan. Kehidupannya memberi inspirasi serta mampu menyentuh kehidupan murid-muridnya. Seperti yang dilakukan guru Nikumbh pada Ishaan. Mengubah jalan kehidupan Ishaan dari masa suram menjadi masa-masa yang membahagiakan.

Ishaan merupakan korban dari sistem pendidikan yang egois. Melihat kesuksesan melulu dari satu sudut pandang saja, prestasi akademik yang gemilang. Ketika nilai akademik Ishaan memprihatinkan, sistem seakan hendak menjatuhkan vonis bahwa Ishaan bermasa depan suram. 

Kepala sekolah maupun guru Ishaan sudah angkat tangan dengan kondisi Ishaan yang sangat payah dalam soal prestasi akademik. Naasnya, orang tua Ishaan pun selalu membandingkan Ishaan dengan kesuksesan kakaknya yang memang pintar secara akademik. 

Tak ada yang paham ada keistimewaan khusus pada diri Ishaan. Jika tereksplorasi, keistimewaan inilah yang justru akan mampu menjadikan Ishaan jadi sosok unik nan spesial. From nobody to somebody. Anak malang ini pun dikeluarkan dari sekolahnya. Ishaan begitu sangat terasing.  

Ishaan adalah anak istimewa, sehingga memang perlu dididik guru istimewa pula. Di tengah rasa keputusasaan atas nasibnya, hadir sosok manusia biasa yang melakukan hal luar biasa. Guru Nikumbh mencoba menguak misteri yang terjadi pada hidup Ishaan. 

Totalitas dan kecintaan pada murid, kunci sukses seorang guru bisa menjadi sosok spesial di mata murid-murid. Setiap kata dan perbuatan guru itu mesti bijaksana. Eloknya jika data serta fakta ikut dihadirkan dalam menyampaikan suatu hal. Guru Nikumbh sangat detil mencermati profil pribadi Ishaan. 

Guru Nikumbh mengenali Ishaan sebagai siswa berkebutuhan khusus. Ishaan punya masalah disleksia. Hal itu ditemukan pada buku catatan dan apa yang terjadi di masa lalu Ishaan. Bukti yang cukup valid untuk mengetahui sumber persoalan utama yang dihadapi Ishaan. 

Salah satu episode menarik dari film itu, ketika Nikumbh mencoba membahas persoalan Ishaan dengan orang tuanya. Nikumbh tak gentar untuk berdebat dengan orang tua Ishaan karena punya banyak bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. 

Dia tampilkan dirinya sebagai sosok yang tak sok tahu. Dia hindari sikap "merasa" paling benar. Argumentasinya cerdas dan bernas, lengkap dengan semua produk karya tulis dan hasil lukisan Ishaan. Berapa banyak guru yang bisa sadarkan orang tua untuk lebih kenal dengan kehidupan anaknya? Tak banyak, tapi yakinlah pasti ada.

Kalau bukan karena cinta pada sang murid, mustahil seorang guru datang ke rumah orang tua siswa yang jaraknya ratusan bahkan ribuan kilometer. Kalau bukan karena kesungguhan hati, sang guru pasti akan kehabisan akal serta kesabaran duluan sebelum persoalan berat yang menimpa muridnya dituntaskan. 

Guru Nikumbh sadar sepenuhnya, Ishaan punya persoalan disleksia yang turut memengaruhi prestasi akademiknya. Satu lagi, Ishaan tetaplah sosok istimewa andai diberi kesempatan untuk menunjukkan potensi terbaik dari dirinya. 

Guru itu hebat bukan hanya karena dia lulusan terbaik dari kampusnya. Guru itu hebat bukan karena melulu dia raih banyak gelar sebagai guru teladan. Belum tentu juga guru yang lulus sertifikasi digelari guru hebat. Jika dia tak mampu bakar semangat murid untuk belajar, tahan dulu anggap dirinya guru hebat. 

Guru hebat, dia mampu memotivasi serta menyadarkan murid untuk apa dan untuk siapa dia belajar dalam kehidupan ini. Kesannya begitu melangit. Tapi bagi guru seperti Nikumbh, hal itu bisa dipraktikkan. Dia bercerita tentang sosok-sosok hebat semacam Einstein, Pablo Picasso, Leonardo Da Vinci, serta tokoh hebat lainnya. 

Dia tak hanya sekadar bercerita tentang kisah sukses tokoh-tokoh itu. Tapi cerita tentang kepayahan mereka dalam hal membaca, menulis, berhitung, serta gagalnya menunjukkan prestasi akademik yang tak menghalangi kecemerlangan mereka menjadi bintang di bidang spesialisasinya. Itulah guru hebat. Ishaan, mulai tersadar hidup itu mesti terus berjalan. Perbaiki sisi lemah dari diri kita, dan berlatihlah terus untuk menunjukkan prestasi terbaik.

Guru Nikumbh menulis di papan tulis, satu demi satu huruf ditulis dari kanan ke kiri. “HMBUKIN RAKNAHS MAR IS EMAN YM”. Ayo dibaca apa? Bingung? Guru Nikumbh lantas membawa sebuah cermin dan mendekatkan cermin itu pada tulisan yang dibuatnya. Semua siswa girang bukan kepalang karena bisa membaca tulisan itu dengan jelas, “MY NAME IS SHANKAR RAM NIKUMBH”. Thinking out of the box, cara mengajarnya pun kreatif dan sangat kontekstual dengan kehidupan murid. 

Di satu kesempatan, Ishaan begitu sangat dimanjakan dengan cara mengajar guru Nikumbh. Dia bisa jawab pertanyaan guru Nikumbh, lantas kata-kata tulus meluncur dari guru Nikumbh mengapresiasi jawaban Ishaan. Sesuatu yang sangat jarang diberikan oleh guru-guru sebelumnya. Dia merasa sangat istimewa di mata guru Nikumbh. Rasa percaya dirinya berangsur pulih. Terlebih ketika Nikumbh dengan segenap rasa cinta mengajari Ishaan belajar membaca, menulis, dan berhitung. Hal istimewa yang dilakoni dua manusia spesial. 

Adegan yang paling menguras emosi di film itu hadir, ketika Ishaan mengikuti lomba melukis di sekolahnya. Lama ditunggu sang guru, Ishaan baru datang di saat peserta lain sudah mulai melukis. Ishaan lalu mulai melukis, begitu pun dengan guru Nikumbh. 

Setelah selesai melukis, Ishaan segera menyerahkan hasilnya ke guru Nikumbh. Guru Nikumbh sangat takjub dengan hasil lukisan Ishaan. Bahkan ketika Nikumb masih terpesona mencermati lukisan itu, Ishaan mencoba lebih dekat untuk melihat apa yang dilukis gurunya. Dia sangat penasaran akan hal itu. 

Ternyata sebuah lukisan indah yang menampilkan sosok dirinya yang sedang tersenyum bahagia. Ishaan berdiri mematung tak mampu berkata-kata. Mereka saling bertatapan, tak ada sepatah kata pun meluncur dari bibir mereka. Hanya ada rasa haru yang membuncah. Rasa haru yang tak sempat membuat Ishaan menangis bahagia.

Semua hadirin berdiri dan bertepuk tangan, ketika nama Ishaan Nandkishore Awasthi dari kelas 3D disebut sebagai pemenang lomba lukis. Sang juara berjalan digandeng sang guru untuk menerima penghargaan.

Sesaat setelah menerima penghargaan, Ishaan langsung berlari memeluk Nikumbh. Mereka saling berpelukan dan menitikkan air mata. Pelukan dan air mata yang punya banyak arti bagi Ishaan dan Nikumbh. 

Itulah saat yang paling mengharukan bagi siapa saja yang menyaksikan adegan tersebut. Adegan yang mengabarkan tentang kuatnya ikatan cinta yang melandasi hubungan di antara murid dengan guru. 

Itulah perasaan cinta sang guru, yang bisa melakukan apa pun yang terbaik untuk muridnya. Dialah manusia pilihan, yang bersedia menjadi pijakan bagi kesuksesan dan kebahagiaan murid-muridnya. Kapan terakhir kita menyaksikan adegan mengharukan seperti ini? Saya sangat merindukan hadirnya sosok guru seperti Nikumbh. Bagaimana dengan Anda?




Asep Sapa'at

Teacher Trainer di Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa 


Sumber

Congratulation!

Selamat atas keberhasilan

  1. SMAN 1 Jetis yang berhasil menjadi juara 3 dalam lomba Anti Narkoba tingkat Propinsi 
  2. Hanifah Nur Hasanah X3 SMAN 1 Jetis yang berhasil membawa Tim Tennis Putri  DIY meraih medali Perak   dalam PON Riau 2012



              

Inilah, Solusi JK Cegah Tawuran


Share


JAKARTA (KRjogja.com) - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta aparat penegak hukum memeberikan hukuman tegas bagi para pelaku tawuran dan sekolah tetap memupuk rasa kedisiplinan dalam rangka mengantisipasi perkelahian antar pelajar itu.

"Jadi guru menghukum murid dalam arti menegakkan kedisiplinan. Itu harus ditegakkan disetiap sekolahan," kata JK yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia di Jakarta, Rabu (26/9/2012) usai bertemu dengan Mendikbud Mohammad Nuh

Mendikbud Mohammad Nuh akan mengundang semua kalangan untuk mencari masukan mencegah terulangnya kasus tawuran bersama karena menjadi tanggungjawab bersama. Bahkan, harus melibatkan keluarga, masyarakat, dan kepolisian dalam pencegahan terjadinya tawuran tersebut.


"Kemdikbud sekali lagi meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat, orang tua murid, dan semua pihak atas terulangnya kejadian yang tidak diharapkan ini." (Ati)


Sumber

DAMPAK PENAMBAHAN JAM BELAJAR Biaya Operasional Sekolah Naik


I0

YOGYA (KRjogja.com) - Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY merespons positif rencana Kemdikbud terkait rencana penambahan jam belajar di sekolah dari 26 jam menjadi 30 jam per minggu. Namun, Dikpora DIY berharap guru bisa lebih kreatif dalam mengemas model pembelajaran, sehingga siswa semakin tertarik dalam mengikuti proses belajar mengajar KBM). 

Sebab, jika tidak, dipastikan justru membebani peserta didik. Apalagi mereka selama ini sudah mengikuti banyak mata pelajaran (Mapel) yang cukup menguras energi dan pikiran. "Guru dan sekolah harus memahami, penambahan jam belajar tidak hanya terkait dengan mata pelajaran seperti Matematika atau Fisika, namun lebih pada pembentukan karakter dan  soft skill peserta didik,” kata Kepala Dikpora DIY, Drs K Baskara Aji, Rabu (26/9).

Bentuknya, menurut Baskara, bisa Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka dan kegiatan ekstrakulikuler lainnya. "Butuh kreativitas guru dalam membuat pembelajaran yang menarik bagi siswa," ujarnya. (Ria)

Sumber

UKG II PERLU PERSIAPAN SERIUS Jangan Sampai Server Tak Bisa Diakses


YOGYA (KRjogja.com) - Sejumlah guru peserta Uji Kompetensi Guru (UKG) tahap II berharap panitia bisa mempersiapkan ujian tersebut secara serius dan cermat. Jangan sampai mereka tidak bisa mengikuti ujian lagi hanya gara-gara server tidak terkoneksi dengan pusat. Jika hal itu sampai terjadi guru sebagai peserta UKG akan banyak dirugikan, tidak hanya dari sisi waktu, namun juga persiapan untuk memenuhi standar kelulusan yang sudah ditentukan.

Demikian disampaikan sejumlah guru peserta UKG tahap I yang terpaksa tidak bisa mengikuti ujian karena server yang ada di sekolah tak terkoneksi ke pusat saat dihubungi KR, Senin (10/9) berkaitan dengan rencana UKG tahap II Oktober mendatang.

Drs Bambang Priyo S guru PKn di SMA Negeri 2 Yogyakarta mengatakan, karena server yang ada di lokasi ujian tidak terkoneksi dengan pusat, dirinya terpaksa harus mengikuti UKG tahap II. Padahal agar bisa memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan dirinya sudah berusaha meluangkan waktu untuk belajar. Ironisnya, pada saat pelaksanaan ujian ia justru tidak bisa mengikuti karena server ngadat. (Ria)
Sumber
KRJogja

Mengejar Beasiswa Amerika itu Gampang-gampang Susah!

JAKARTA, KOMPAS.com - Mengejar beasiswa tidak segampang yang dibayangkan, tetapi juga tidak sesulit yang dipikirkan. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

There's a will there's a way
! Begitu pula Anda, bisa memilih beasiswa pendidikan luar negeri, misalnya di Amerika. Mengejar beasiswa dari negara adikuasa ini tampaknya memang sulit, tapi percayalah kesempatan itu bisa datang, apalagi jika kamu kejar, ya. Mereka akan semakin mendekat.

Seperti dikatakan Advisor education USA Ninda Daianti, bahwa mengejar beasiswa ke Amerika membutuhkan kerja keras yang besar, mental yang kuat, dan intelejensia tinggi.

"Saya tidak mengatakan itu gampang, tetapi memang membutuhkan kerja keras yang lebih dari biasanya," ujar Ninda di pusat kebudayaan Amerika Serikat, Pacific Place lantai 3, Jakarta Selatan, Rabu (19/9/2012).

Tidak bermaksud membuat semangat para pelajar Indonesia menyusut, apa yang disampaikannya merupakan saran nyata bahwa persaingan beasiswa di Amerika sangat ketat.

"Kalau kamu sungguh-sungguh ingin mendapat bantuan biaya studi, kamu harus layak dan 'menjual', maksudnya mengapa akhirnya pemerinta USA mau membiaya kamu? Semua butuh persiapan matang, bukan hanya niat saja," urai perempuan yang pernah menempuh pendidikan di negeri Paman Sam itu.

Meski agak 'menakutkan' mendengar pernyataan Ninda, akan tetapi ia berujar agar para pelajar tidak usah merasa khawatir. Sebab, kunci mendapatkan beasiswa itu adalah siswa tidak mudah menyerah.

"Jangan hanya sekali apply, harus terus mencoba. Terus riset. Kalau bisa aplikasi lamaran beasiswa kamu ke 40-50 beasiswa yang ada. Masukin semua, dan terus menyiapkan plan A, B, dan C, seterusnya," sarannya lagi.

Ninda menjelaskan, setidaknya ada puluhan beasiswa yang ditawarkan di education USA. Melalui laman resminya di www.educationUSA.or.id, info beasiswa akan di-update setiap satu kali seminggu, yaitu tiap hari Kamis.

"Dalam mencari beasiswa, ini penting. Kamu harus fokus melihat diri dan kemampuan sesuai jurusan yang tepat. Mencari beasiswa per jurusan akan memfokuskan usaha Anda dalam mengejar beasiswa yang diincar, semuanya ada di sini," ucapnya lagi.

Secara detail, ia pun menyebutkan beberapa hal yang harus dilakukan pelamar adalah; selalu perbaharui essay atau motivation letter.
"Hampir setiap beasiswa akan selalu ada persyaratan untuk menuliskan essay pribadi atau personal assignment. Siapa kamu, akan terurai di sana," ujarnya.

Ninda juga menyarankan dalam menyampaikan surat motivasi beasiswa, substansi yang disampaikan dalam bahasa Inggris harus mendekati kesempurnaan.

"Grammar mistake itu nggak boleh ada, oh ya jangan pula menggunakan passif voice, isinya juga tidak bertele-tele dan harus bermakna, menunjukan kemampuan, kemauan, dan kerja keras kamu," jelasnya.

Tapi yang tidak kalah penting adalah tetap mengontrol semangat diri, karena mimpi dan cita-cita kamu tersimpan dalam api semangat di hati dan pikiranmu. Jadi jaga terus agar tetap menyala dan selalu terus berjuang hingga meraih masa depan gemilang. Take control your future, guys!

Sumber

Terlalu Lama di Sekolah Membuat Anak Tidak Kritis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listiyarti menilai pemerintah keliru besar saat berencana menambah jam di sekolah. Menurutnya, kebijakan itu akan membuat siswa semakin tertekan.
"Wah jangan, menambah jam sekolah akan memberatkan siswa, stres," kata Retno kepada Kompas.com, Selasa (18/9/2012) malam.
Ia mencontohkan, siswa kelas 1 SMA misalnya, saat ini dibebani sekitar 17 mata pelajaran. Rata-rata, mereka berada di sekolah selama enam sampai tujuh jam, lima hari dalam seminggu. Atau siswa di Sekolah Dasar (SD). Meski lebih luang, tapi dinilai Retno juga cukup berlebih.
Hal itu terjadi karena ada beberapa materi pelajaran yang diberikan sebelum waktunya. "Harusnya dikurangi, bukan ditambah. Misalnya anak SD, mereka belum begitu perlu belajar teknologi informasi," ungkapnya.
Pernyataan Retno bukan tanpa alasan. Ia beranggapan setiap siswa harus diberi lebih banyak waktu untuk mengembangkan kompetensi sosial. Misalnya berorganisasi, mendorong mereka berlatih berbicara untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan.
"Kalau lama di sekolah, kapan waktu mereka bersosial, berorganisasi? Menambah waktu di sekolah akan membuat anak menjadi tidak kritis," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh berencana menambah jam siswa di sekolah. Rencana itu akan dilebur seiring dengan kurikulum nasional yang diperbarui.
Mendikbud menilai, ada nilai sosial yang berubah, terlalu lama di luar sekolah membuat anak terpancing melakukan hal negatif. 

Sumber

Tangkal Efek Negatif Luar Sekolah Jam Belajar di Sekolah Akan Ditambah


 
JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan menambah jam belajar di sekolah untuk menangkal efek negatif dunia luar sekolah. Hal itu dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, Selasa (18/9/2012), di Jakarta.

Nuh mengungkapkan, persentase jam belajar anak di sekolah tidak sebanding dengan kegiatan sepulang sekolah. Menurutnya, waktu luang yang lebih banyak di luar sekolah itulah yang akhirnya memicu peserta didik melakukan atau bersentuhan dengan tindakan negatif.

"Persentasenya tak seimbang. Informasi dari luar sekolah berpotensi mengenalkan anak pada hal negatif dan nilai edukasi yang digarap di sekolah pun tercemar kembali," katanya.

Oleh karena itu, tambahnya, untuk memaksimalkan terserapnya ilmu pendidikan dari sekolah kepada siswa, maka pemerintah mengusulkan jam belajar di sekolah untuk ditambah. Dia menjelaskan, jika saat ini jam masuk sekolah siswa Sekolah Dasar (SD) 26 jam dalam satu minggu, maka bisa jadi nantinya akan ditambah menjadi 30 jam.

Nuh menegaskan, lamanya jam belajar ini tidak akan dilakukan dalam bentuk belajar secara formal. Akan tetapi, sekolah didorong untuk menyusun pola pembelajaran aktif khususnya dalam upaya penanaman nilai moral dan karakter kebangsaan.

"Mengapa perubahan jam sekolah ini dibutuhkan? Karena kondisi sosial kita berubah. Kalau dulu kita pulang ke rumah itu orangtua masih ada dan permainan juga masih baik tapi sekarang begitu pulang sekolah anak cenderung liar karena orangtua terlalu sibuk dan kita ingin menahan mereka biar lebih lama di sekolah," kata Nuh.

Namun, lanjutnya, penambahan jam sekolah ini juga harus disokong dengan efektivitas belajar mengajar melalui kurikulum pendidikan yang baru. Saat ini, kurikulum baru tengah disusun dan diperkirakan akan rampung pada akhir 2012 untuk diimplementasikan pada tahun ajaran baru 2013-2014.

"Jadi semua dibenahi sehingga salah satu tugas yang disiapkan ialah pembenahan dan penataan kurikulum. 2013 akan rampung," ujarnya. 

Sumber

Tranformasi Pendidikan Bersifat Industrialisasi



JAKARTA, KOMPAS.com - Mengejar arus pendidikan yang lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan keahlian (skill) dalam perusahaan, maka pendidikan transformatif harus bersifat industrialisasi.

Hal ini disampaikan entrepreneur Dhaniswara K Harjono saat menjadi pembicara dalam seminar yang digelar Ikatan Alumni UKI di Graha William Soeryadjaya, Universitas Kristen Indonesia, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (21/9/2012).

Dalam seminar bertajuk Pendidikan Transformatif sebagai Sarana Pembaharuan, ia menyampaikan tranformasi pendidikan juga harus bertujuan mengarahkan pencapaian kompetensi (competency achievement) siswa dalam dunia usaha dan industri.

"Tranformasi pendidikan bersifat industri. Ini konotasinya bukan hanya meningkatkan ekonomi, tetapi justru menambah nilai tambah diri," katanya di hadapan ratusan peserta seminar.

Pendidikan yang dimaksudkan Dhanis juga harus menyesuaikan diri dengan gerakan atau berbagai perubahan baik internal maupun eksternal.

"Lulusan pendidikan harus bisa 'menjual diri' melalui pendidikan yang ditempuhnya. Ada beberapa kualifikasi yang harus dimiliki saat terjun dalam dunia industri kini," katanya lagi.

Ia menyebutkan, salah satu kemampuan yang sudah harus dikuasasi peserta didik sekarang adalah penguasaan berbahasa internasional.

"Bahasa itu merupakan media. Kunci untuk membuka jendela dunia itu bahasa Inggris. Tidak perlu lagi pelajaran bahasa Inggris dimasukan dalam kurikulum, anggap saja siswa sudah mengerti. Sampaikan semua materinya dalam pengantar bahasa inggris. Kalau sudah nyemplung, nanti juga mereka mengerti," ujar Ketua Alumni UKI ini.

Selain itu, ia juga menyebutkan penyesuaian diri yang paling poenting dalam era globalisasi adalah adaptasi dengan teknologi terkini.

"Baiklah, usia di atas 60-an orang malas menggunakannya, kalau pun dibeli hanya memanfaatkan hal yang standar saja. Padahal teknologi itu mempermudah komunikasi dan mepercepat kerja. Anak muda harus menguasai itu," katanya.

Berkaitan dengan kearifan lokal, tranformasi pendidikan yang bersifat industri juga perlu mempertahankan local wisdom yang dijadikan sebagai pertahanan identitas bangsa untuk tetap berada dalam sistem indonesia.

"Local wisdom ini berada dalam pikiran diri sendiri, tentang kemengertian terhadap keadaan fenomena di lingkungan sendiri, dan menghormati kebudayaan sendiri. Sikap seperti ini menjadi bekal semangat untuk maju, dan berpegang teguh pada etika. Mereka yang mempunyai suatu etika tidak akan melunturkan budaya sendiri," jelasnya lagi.

Untuk bersaing di era globalisasi, ia juga menambahkan adanya sifat kejujuran untuk mengatakan yang benar, berfikir sebelum bicara, serta banyak mendengarkan orang lain.

"Tapi kejujuran itu menjadi penting untuk memberikan kepercayaan dan tanggung jawab dalam kehidupan dan dunia kerja," kata Dhanis lagi.

Sumber

Pertamina Foundation Sediakan 205 Beasiswa Sobat Bumi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertamina Foundation menyiapkan 205 beasiswa bagi mahasiswa berprestasi di 17 perguruan tinggi negeri (PTN) di seluruh Indonesia. Peraih beasiswa tidak cukup hanya memiliki nilai akademik yang baik, tetapi juga memiliki wawasan dan berbudaya lingkungan.
Kami ingin memberikan kesempatan lahirnya calon-calon pemimpin bangsa yang mampu menerapkan dan mengajak orang lain untuk berbudaya lingkungan.
-- Nina Nurlina Pramono
"Kami ingin memberikan kesempatan lahirnya calon-calon pemimpin bangsa yang mampu menerapkan dan mengajak orang lain untuk berbudaya lingkungan," kata Direktur Eksekutif Pertamina Foundation Nina Nurlina Pramono, di Jakarta, Jumat (21/9/2012).
Program beasiswa yang dinamakan Beasiswa Sobat Bumi Pertamina Foundation, ujar Nina, dihadirkan untuk mendukung terwujudnya kehidupan dan budaya ramah lingkungan di kalangan mahasiswa.
Untuk itu, selain persyaratan umum seperti nilai akademis, menjalani tes potensi akademi (TPA), mendapatkan rekomendasi dariPTN tempat calon mahasiswa mengambil studi, mahasiswa juga harus menunjukkan potensi untuk menjadi pemimpin, wirausahawan, akademisi dan aktifis lingkungan hidup.
Hal ini yang membedakan Beasiswa Sobat Bumi dengan beasiswa lainnya, ujar Nina.
Peraih Beasiswa Sobat Bumi Pertamina Foundation,diharapkan menjadi calon pemimpin formal maupun informal yang berwawasan lingkungan, memiliki kemampuan untuk berwirausaha atau menjadi pemimpin di bidang akademik. Karenanya, mereka harus memiliki komitmen terhadap pembangunan masyarakat, khususnya dalam gerakan pendidikan nasional dan lingkungan hidup," tambah Nina.

Adapun 17 PTN yang menjadi sasaran beasiswa ini adalah Universitas Syiah Kuala (Aceh), Universitas Sumatera Utara (Sumatera Utara), Universitas Sriwijaya (Sumatera Selatan), Universitas Indonesia (DKI Jakarta), Institut Teknologi Bandung (Jawa Barat).

Kampus lainnya yakni Universitas Padjajaran (Jawa Barat), Institut Pertanian Bogor (Jawa Barat), Universitas Gadjah Mada (DIY), Universitas Diponegoro (Jawa Tengah), Institut Teknologi Sepuluh November (Jawa Timur) , Universitas Brawijaya (Jawa Timur), Universitas Airlangga (Jawa Timur), Universitas Udayana (Bali), Universitas Mulawarman (Kalimantan Timur), Universitas Hasanuddin (Sulawesi Selatan), Universitas Mataram (Nusa Tenggara Barat) dan Universitas Cendrawasih (Papua)
 
Sumber

Semangat Gelar UN Tanpa Pengawas


 
PATI, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali melontarkan gagasan baru menjelang Ujian Nasional (UN) 2013. Setelah memastikan 20 paket soal untuk UN tahun depan, kini Kemendikbud menggagas UN tanpa pengawas ruang ujian.
Saat mengunjungi pembangunan SMK Cordova Margomulyo, di Kabupaten Pati, Sabtu (22/9/2012), Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, ketatnya penjagaan dan pengawasan pelaksanaan UN selama ini terjadi karena adanya stigma negatif. Padahal menurutnya, stigma yang melekat dapat terlepas jika UN berlangsung dengan semangat kejujuran.
"Selama ini selalu dikatakan banyak kecurangan dalam pelaksanaan UN, makanya harus kita buktikan dengan UN jujur. Tak perlu pengawas ruangan, kita awasi dari jauh," kata dia.
Mantan rektor ITS itu mengatakan, Kemendikbud sekarang menantang seluruh bupati atau wali kota untuk mendeklarasikan UN jujur dan siap tanpa pengawasan.
"Kalau ada kepala daerah atau kepala sekolah ragu ikut deklarasi, jangan-jangan ada apa-apa. Wong diajak jujur kok ragu," ungkapnya.
Kemendikbud telah siap dengan variasi soal yang akan diberikan pada UN. Rencananya, mulai bulan depan masyarakat sudah bisa mendapatkan kisi-kisi soal UN 2013. Kisi-kisi ini sekaligus menjadi dasar tim pembuat soal memproduksi bank soal.
"Sekarang jika setiap meja soalnya beda, apa mungkin saling contek," tutur dia. 

Mamoru Mohri "Anak Indonesia Pasti Bisa Jadi Astronot"



JAKARTA, KOMPAS.com - Mamoru Mohri punya harapan besar ketika berkunjung ke Indonesia. Astronot asal Jepang ini berharap jejak petualangannya ke antariksa diteruskan oleh anak-anak Indonesia. Mamoru yakin akan kemampuan generasi muda Tanah Air.

"Saya melihat generasi muda Indonesia sangat potensial untuk menjadi seorang astronot," kata Mamoru, Rabu (13/9/2012).

Saat hadir di Kalbe Junior Science Fair 2012 di Jakarta, 8-9 September lalu, Mamoru memang diminta untuk menjelaskan mengenai peran astronaut ilmuwan dan tugasnya selama berada di luar angkasa kepada anak-anak yang datang. Mamoru mengaku terkesan dengan animo anak-anak untuk mendengarkan dan cita-cita mereka untuk menjadi astronot.

Oleh karena itulah, dia berani merauh harapan yang besar tentang misi antariksa oleh astronot dari Indonesia. Menurutnya, iklim perkembangan sains di Indonesia sebenarnya sangat menjanjikan. Satu-satunya pekerjaan rumah hanyalah memberikan motivasi kepada generasi muda untuk aktif terlibat dalam riset dan sains.


Astronot ilmuwan pertama Asia

Mamoru adalah astronot ilmuwan pertama Asia. Dia adalah ahli kimia yang dipilih untuk meluncur ke antariksa pada 12-20 September 1992 dalam misi Enceavor STS-47.

Seharusnya, sebutan astronot ilmuwan pertama Asia itu menjadi milik seorang astronot ilmuwan Indonesia, seorang perempuan bernama Pratiwi Sudarmono. Namun, peristiwa meledaknya wahana antariksa bernama Challenger yang seharusnya meluncurkan tiga satelit, salah satunya, satelit Palapa B3, dan menewaskan tujuh astronotnya terjadi pada Februari 1986.

Setelah kejadian ini, sejumlah misi dibatalkan, termasuk misi perempuan pakar mikrobiologi itu dan timnya yang disebut misi STS-61-H. Enam tahun setelahnya, Mamoru berangkat dan berhasil disebut sebagai astronot ilmuwan pertama Asia.

Mamoru sekarang aktif sebagai Direktur Eksekutif Museum Inovasi Jepang. Sudah dua kali dia berkunjung ke Indonesia, antara lain memenuhi undangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan undangan seminar tentang green economic di Bogor, Jawa Barat. Tiga kali kunjungannya ini sudah memantapkan penilaian pria berusia 64 tahun ini bahwa generasi muda Indonesia mampu bersaing di dalam dunia sains dan teknologi, bahkan di luar angkasa.


Sumber